Sejarah Terlupakan dari Museum Perjoangan Bogor



Siang itu, cuaca di rumah agak mendung. Halaman depan agak gelap tertutup awan mendung. Hujan sepertinya tinggal menunggu perintah untuk turun. Saya masih berbaring di atas kasur menunggu bagaimana cuaca di kota Bogor selanjutnya, apakah hujan akan benar-benar turun atau hanya gelap diselimuti mendung. Masih terpikir rencana saya sejak bangun pagi, ingin mengunjungi museum yang ada di Bogor. Ya, museum jadi salah satu tempat jujukan favorit wisata saya! Banyak hal yang bisa dipelajari di sana seperti sejarah, budaya, alam dan sebagainya.

Melihat waktu yang sudah semakin siang, saya pun tergerak untuk bangun dari pembaringan. Kalau gak cepat-cepat, kapan mau berangkat? Keburu hujan, lho! Pikirku waktu itu. Ya sudah, saya nekat berangkat meskipun cuaca belum memberi kejelasan. Dengan membawa mulai secukupnya mulai dari air minum, notebook, payung untuk jaga-jaga, dan masker (Alhamdulillah, saya sudah terbiasa mengenakan masker selama bepergian sejak sebelum pandemi!). Tak lupa, saya pamit ke ibunda sebelum pergi. Ibu membekali saya dengan mantel takut kalau hujan turun di jalan. Segera saya tancap kunci motor lalu tancap gas meninggalkan rumah.

Sesaat setelah meninggalkan rumah, cuaca kota Bogor agak berubah, dari mendung ke agak cerah. Awan sudah mulai meninggalkan langit, menyisakan selembar dua untuk menaungi. Jalanan tidak terlalu macet karena sudah mendekati siang. Saya terus membelah jalan menuju Museum PETA yang menjadi tujuan awal. Saya arahkan motor ke fly over Martadinata yang pertama baru dicoba, lalu memutari Air Mancur, sampailah saya ke Museum Peta. Namun, apalah daya, museum itu sudah penuh dengan pengunjung yang datang berombongan. Saya pun harus mengurungkan niat karena tidak enak kalau harus menghadapi rombongan wisatawan.

Akhirnya saya putar balik mencari jujukan lain.Setelah putar arah, saya baru terpikir untuk menjajaki Museum Perjoangan Bogor. Letaknya masih di pusat kota Bogor dan tak jauh dari Museum PETA. Sebelum tiba, saya harus berjibaku dengan banyak angkot ngetem yang menghalangi jalan karena masih dalam lingkungan Pasar Anyar. Setelah meliuk-liuk menerobos hadangan angkot dan lapak-lapak, saya pun tiba di Museum Perjoangan.

Tentang Museum Perjoangan Bogor

Museum Perjoangan (sesuai ejaan aslinya, meski ada yang menulis Museum Perjuangan) Bogor adalah salah museum yang mendokumentasikan sejarah perjuangan Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaannya, khususnya di wilayah Bogor Raya. Museum ini terletak di Jl. Merdeka 56, Cibogor, Bogor Tengah, Kota Bogor. Pendiriannya diinisiasi oleh Mayjen Ishak Djuarsa, seorang pejuang PETA asal Bogor, eks Pangdam Iskandar Muda dan Sriwijaya serta eks Duta Besar RI untuk Kamboja dan Yugoslavia. 

gerbang Museum Perjoangan
Pintu masuk Museum Perjoangan

Museum Perjoangan didirikan pada tanggal 10 november 1957 di gedung bekas gudang ekspor milik pengusaha Belanda Wilhelm Gustaf. Gedung ini berkali-kali alih fungsi sebelum menjadi museum. Pernah menjadi pusat pergerakan di bawah Parindra, gudang senjata Jepang ketika menjajah, Dewan Pertahanan Karesidenan Bogor, Call Sign RRI Bogor, hingga kantor pemerintahan sementara Kabupaten Bogor. Terakhir, gedung ini digunakan oleh Umar bin Usman Albawahab hingga dihibahkan sebagai Museum Perjoangan Bogor.

depan Museum Perjoangan
Bangunan Museum tampak depan

Museum ini pernah mengalami peralihan pengelolaan. Awalnya, museum dikelola oleh Yayasan Museum Perjoangan Bogor (YMPB). Namun, seiring dengan pengunduran diri Bapak Marjono selaku kepala yayasan, museum ini dikelola oleh Pemerintah Kota Bogor sejak Januari 2018. Saat ini, museum dijaga oleh beberapa orang saja. Salah satunya adalah penjaga tiket sekaligus guide museum ini.

prasasti museum perjoangan

Penuh Senjata di Lantai Pertama

senapan museum perjoangan

Memasuki Museum Perjoangan Bogor, atmosfer perjuangan saya rasakan dari halaman parkirnya. Di atas pintu museum tergambar relief menceritakan sepasukan tentara pelajar berperang mempertahankan kemerdekaan. Gawang pintunya khas dengan ornamen bernuansa kemiliteran dan di dalamnya bergambar Garuda Pancasila dan teks proklamasi.

Saya pun masuk ke loket museum. Di sana sudah berjaga seorang bapak tua dengan pakaian seadanya. Saya pun membayar karcis masuk sebesar Rp 10.000,00. Sembari menyerahkan karcis, si bapak mengatakan dengan ramah, “Nanti kalau mau tanya-tanya, tanya saya aja ya!” Sambil memasukkan uang ke tasnya, bapak itu menyambung obrolannya, “Di sini boleh foto-foto, ambil video, dek! Silahkan!” Saya tersenyum lega mendengarnya. Saya kira aturan di museum ini ketat karena menyimpan koleksi yang sangat rahasia. ternyata, saya bebas mengambil gambar di sini. Salut juga sama bapak penjaga loket, di usianya yang sepuh, masih semangat dan ramah dalam menyambut pengunjung. Sayangnya tidak banyak yang mau belajar sejarah dari Museum Perjoangan.

museum perjoangan senapan

Lantai satu museum penuh dengan koleksi seputar kemerdekaan Indonesia. Di sana terdapat senjata dari berbagai macam pabrikan. Senjata-senjata tersebut digunakan oleh para tentara dalam perang mempertahankan kemerdekaan. Senjata tersebut diproduksi dari berbagai pabrikan di beberapa negara seperti Jerman, Inggris dsb. Kebanyakan senjata yang dipajang di sini berbentuk senapan. Namun ada juga mortir dari hasil rampasan Jepang yang digunakan kembali oleh pejuang.

senjata museum perjoangan

Di lantai atas pun saya menemukan koleksi senjata. Berbeda dengan koleksi di lantai dasar, koleksi di sini adalah senjata-senjata tradisional. Mayoritas senjata tradisional yang ditemui di sini adalah keris, tapi di antaranya ada pula golok, kujang, dan parang. Tak lupa, beberapa pedang juga ada di sini. Koleksi senjata di sini dipamerkan dalam berbagai ukuran dan corak. Ia memiliki nilai historis tersendiri karena semua senjata itu digunakan oleh veteran perang dan beberapa pahlawan. Jadi, meski tak banyak varian, koleksi senjata tradisional di sini memiliki kesan bersejarah dan magis serta tak jemu untuk dilihat.

museum perjoangan keris
Beberapa koleksi dari senjata tradisional

Koleksi Lainnya

interior museum perjoangan
Tampak dalam lantai satu Museum Perjoangan Bogor

Tidak hanya senjata, lantai dasar Museum Perjoangan juga menyimpan koleksi lain seputar kemerdekaan. Museum ini mendokumentasikan berbagai kliping dari surat kabar. Klipingan berita tersusun dalam dua periode, yaitu berita dan maklumat masa kemerdekaan (1945-1948), dan maklumat masa perjuangan fisik (1948-1950). Dipamerkan pula siaran kilat dari Pemerintah Karesidenan Bogor tentang pemindahan kekuasaan dari pemerintah militer Inggris kepada militer Belanda bertitimangsa 22 Oktober 1946.

pahlawan museum perjoangan
Potret beberapa pahlawan kemerdekaan

Salah satu kliping yang ada di museum ini adalah artikel yang ditulis Bung Hatta yang berjudul “Satoe Tahoen Kemerdekaan Indonesia”. Beliau menulis bahwa kemerdekaan Indonesia harus menjadi kesempatan bagi kaum buruh untuk sama-sama andil dalam mengisi kemerdekaan. Apa yang harus dilakukan para buruh untuk berkontribusi? “Jawabannya mudah. Itu bergantung kepada kaum buruh sendiri, hingga mana mereka cakap dan sanggup ikut menentukan nasib kita bersama.” tulisnya. Menurutnya, negara ini merdeka bukan hanya untuk satu-dua golongan, tapi untuk seluruh rakyatnya berdasarkan prinsip kedaulatan rakyat.

perangko museum perjoangan
Salah satu koleksi perangko

uang museum perjoangan
Contoh koleksi uang

Koleksi lain yang ada di lantai satu Museum Perjoangan adalah berbagai koleksi lainnya seperti uang kuno dan perangko. Uang-uang kuno yang ada berkisar dari zaman 1940-an seperti Oeang Repoeblik Indonesia (ORI), uang dari Belanda dan Jepang. Ada pula uang-uang yang diedarkan oleh karesidenan setempat seperti dari karesidenan Banten. Masa perjuangan fisik menghadapi agresi Belanda menyulitkan rakyat menjalankan roda ekonominya. Inilah yang memaksa pemerintah lokal mencetak uang sendiri. Adapun koleksi perangko yang ada di museum ini dikeluarkan dari berbagai zaman dan berbagai negara. Sebagai contoh, perangko dari Indonesia dari zman kemerdekaan hingga orde baru ada di sini. Perangko-perangko dari negara-negara asing seperti Belanda, Inggris, Jepang dan negara-negara lain.
artefak museum perjoangan
Mesin tik yang menjadi salah satu koleksi

koleksi dokumen museum perjoangan
Beberapa dokumen yang menjadi artefak

Dari mana artefak tersebut didapatkan? Seluruh koleksi diperoleh dari hibah beberapa tokoh pejuang melalui ahli warisnya. Ahli waris menyerahkan barang-barang tersebut kepada YMPB. Namun, yayasan tidak serta merta mempublikasikan koleksi tersebut.Yayasan memverifikasi barang-barang hibah tersebut, melacak aspek historis dan fungsinya dahulu. Setelah tahap itu dilakukan, barulah yayasan bisa memamerkan artefak tersebut. Verifikasi tersebut terlihat dari setiap koleksi di museum. Seluruh artefak bertanda verifikasi dari yayasan atau tanda lain seperti surat pernyataan hibah. Proses verifikasi kadang melibatkan pihak eksternal seperti sekolah-sekolah. Nama sekolah pelaksana juga dapat dilihat di label verifikasi.

foto museum perjoangan
Foto-foto peringatan revolusi fisik 1945-1950

Drama Bercerita dari Diorama

diorama museum perjoangan

Di Museum Perjoangan Bogor, saya menjumpai banyak diorama tentang pertempuran yang meletus di Bogor dan sekitarnya. Diorama ini dilengkapi dengan deskripsi singkat tentang peristiwa tersebut. Peristiwa yang diceritakan dalam diorama terjadi di masa mempertahankan kemerdekaan, tepatnya di kisaran 1940-an. Indonesia pada masa itu harus mati-matian mempertahankan kemerdekaannya dari Belanda.
diorama maseng perjoangan
Diorama pertempuran Maseng

Di antara peristiwa yang diabadikan dalam diorama adalah peristiwa Bojongkokosan, peristiwa Kota Paris, pertempuran Maseng, peristiwa Cemplang, perjuangan Kapten Muslihat, dan sebagainya. Diorama-diorama tersebut berada di sisi kanan kiri museum. Setiap tingkat mengoleksi berbagai diorama.
diorama bojongkokosan perjoangan
diorama pertempuran Bojongkokosan

Peristiwa Bojongkokosan yang terekam lewat diorama terjadi pada tanggal 9 Desember 1945. Kejadian ini bermula ketika pasukan Inggris beserta NICA hendak menguasai kembali Indonesia dan mengumpulkan pasukan Jepang yang ditawan untuk menambah kekuatan. Pasukan Sekutu pun berkonvoi dari Jakarta ke Bandung melewati Sukabumi. Rupanya konvoi tersebut telah diketahui oleh Tentara Keamanan Rakjat (TKR). TKR pun berencana menghadang konvoi Sekutu. Pada 9 Desember, pasukan TKR dibantu oleh beberapa laskar menghadang Sekutu di Bojongkokosan, Parungkuda, Sukabumi. Awalnya pasukan sekutu berhasil dihadang, namun, TKR mengalami kekalahan karena Sekutu menyerang balik lewat jalur darat dan udara. Meskipun kalah, perjuangan TKR dapat dihargai karena menyulitkan musuh mendapatkan kekuatan lebih besar.

diorama kota paris perjoangan
Diorama pertempuran Kota Paris

Peristiwa lain yang terekam adalah Pertempuran Kota Paris. Eits, tapi ini bukan terjadi di ibu kota Perancis, ya! Tapi peristiwa ini dinamakan demikian karena letaknya terletak di sebuah kawasan yang bernama Kota Paris, tepatnya di belakang Pasar Mawar. Pertempuran ini terjadi masih di kisaran tahun 1945-1946.

kapten muslihat diorama perjoangan
Diorama perjuangan Kapten Muslihat

Ada diorama perjuangan Kapten Muslihat. Kapten Tubagus Muslihat merupakan salah satu pahlawan pejuang kemerdekaan pada masa Revolusi Fisik di Bogor. Ia ditugaskan memimpin Kompi IV Batalyon II TKR. Ia pula yang menjadi komandan pasukan TKR ketika menyerang markas-markas Inggris pada tahun 1945 di dekat Taman Topi. Dalam penyerangan tersebut, ia gugur terkena timah panas kiriman pasukan Inggris pada 25 Desember 1945. Namanya pun abadi di hati rakyat Bogor; dikenang sebagai pejuang, namanya disematkan untuk jalan, dan didirikan patung diri di lokasi pertempuran terakhirnya.

Sejarah yang Terlupakan

museum perjoangan interior
Salah satu sudut di lantai 2 museum

Sebenarnya museum Perjoangan banyak menyimpan memori bagaimana kemerdekaan Indonesia diperjuangkan dari Bogor. Akan tetapi, ia seakan terlupakan seiring waktu terus berjalan dan pembangunan kota Bogor yang semakin modern, museum ini semakin terlupakan.

Dilihat dari pengunjungnya saja, Museum Perjoangan sangat sepi. Pengunjung yang menyertai saya saja bisa dihitung jari. Siang itu, hanya ada saya sendiri, tiga orang kelompok mahasiswi, dan satu dua pengunjung lain. hal ini sangat kontras dengan pengunjung musem lain di Bogor yang pengunjungnya bisa sampai puluhan orang dalam satu waktu.

Koleksi-koleksi di sana pun sudah hampir tidak terawat. Beberapa sudah tampak berdebu dan lusuh. meski demikian, koleksi-koleksi tersebut tampak awet. Jika ada sedikit kerusakan, kira-kira penyebabnya adalah usia barang tersebut yang sudah sangat kuno seperti dokumen-dokumen yang menguning. Sisanya masih tampak antik dan bernilai sejarah yang sulit dihitung harganya.

pahlawan foto perjoangan
Potret pejuang kemerdekaan di salah satu etalase

Di akhir kunjungan, saya pun shalat Dzuhur di mushola yang terletak di dalam museum. Setelah shalat, sebetulnya ingin bertanya lebih lanjut tentang sejarah yang terkandung di museum ini. Cuma sayangnya, saya sudah lupa siapa pak tua ramah yang menawarkan dirinya di loket. Ada seorang bapak bertopi yang saat itu mendampingi kelompok mahasiswa tapi saya ragu apakah beliau orang yang dimaksud. Saya pun akhirnya terus memperhatikan museum yang penuh sejarah tersebut dari luar mushola. Setelah itu, saya pulang sambil berharap agar museum ini tidak terus terlupakan.

Posting Komentar

16 Komentar

  1. Miris sih sebenarnya. Generasi milenial seperti kita kurang mengetahui tentang sejarah bangsa sendiri

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yah, gitulah... Kayaknya mereka lebih tertarik dengan "gaya"-nya museum dibandingkan isi dalamnya.

      Hapus
  2. Sekilas lihat bentuk depan museumnya aku keingetan lokasi ini karena cukup lama tingal di Bogor juga.

    Lengkap juga koleksi museumnya, ada bermacam senjata pula.
    Sayangmya kok ruang dalamnya terkesan rada suram ya, mas.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, mas... Sebenarnya kalau lebih dirawat, museum ini bakalan menarik. Koleksi antik kan juga banyak yang tertarik

      Hapus
  3. Museum nya cukup lengkap yaaa mas. Keren pula ada koleksi uang lama...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah lengkap. Koleksinya cukup lengkap untuk menggambarkan situasi zaman perjuangan

      Hapus
  4. saya pernah ke sini nih
    banyak diorama gambaran perang masa dulu

    bahkan atribut yang digunakan sampai baju bajunya yang ada darahnya ada juga lo hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masih ingat aja, mbak koleksinya
      Kapan terakhir berkunjung ke sana?

      Hapus
  5. Wah mantep bener,,,saya sebenernya sangat suka dengan senjata senjata tradisional macam keris, kujang dsb. Melihat poto koleksi senjata tradisionalnya kerenn banget,,,dari sisi historis senjata tradisional ini pasti tak ternilai harganya,,,apalagi dulunya dipakai para pejuang untuk berperang,,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang senjata-senjata tersebut pernah digunakan para pejuang baik untuk perang atau sebagai "pegangan". Kita perlu berterimakasih kepada mereka atas jasa-jasanya dan ahli waris mereka karena telah menghibahkan barang milik mereka untuk kepentingan sejarah.

      Hapus
  6. Koleksinya cukup lengkap dan sangat penting karena menggambarkan gimana perjuangan bangsa ini dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

    Sayang makin ke sini pengunjung museum perjuangan makin sepi. Nggak cuma di Bogor Mas, di kota-kota lain yang saya kunjungi, museumnya juga sepi dari pengunjung. ☹️

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, mas... Sayang banget! Mungkin hanya museum-museum besar yang masih banyak dikunjungi. Sementara museum lain udah sepi

      Hapus
  7. seumur umur belum pernuh masuk museum nih, jadi penasaran kalo baca blog yg ngulas museum dan isinya

    BalasHapus
  8. Yah, sayang banget sih ini kalo museumnya sepi.. wajib di promosi'in sih ini, biar banyak orang ga bias sama sejarah bangsanya sendiri.

    Anyway, salam kenal ya mas! :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya, mungkin karena pandemi kunjungan ke museum jadi sepi. Makanya saya ke sana hitung-hitung sambil membantu promosi, lah

      Hapus