Cerita dari Kereta: Ekspedisi Jalur Kantong bagian II (Lawang-Surabaya)



Tulisan sebelumnya ada di sini.

Kami melanjutkan ekspedisi jalur kantong setelah menginap selama beberapa hari di kediaman keluarganya Balu. Awalnya, kami sudah berkemas-kemas dan menyiapkan diri sejak pagi sehabis shalat subuh. Setelah mandi dan sarapan, kami sempatkan untuk mengobrol sebentar sekaligus pamit dengan adik mbahnya Balu dan tetangganya yang masih saudaraan.

Setelah pamitan dengan keluarganya Balu, kami barulah melanjutkan ekspedisi. Kami berjalan kaki dari rumah ke stasiun Lawang yang jaraknya tidak terlalu jauh. Cukup berjalan kaki sekitar 15 menit, kami sudah sampai di stasiun Lawang. 
Stasiun Lawang di Pagi Hari


Jam sudah menunjukkan pukul 06.50 ketika kami tiba di sana. Stasiun saat itu masih sepi, belum banyak penumpang yang datang. Petugas borading juga belum nampak. Kami pun sampai ragu, boleh gak kami masuk duluan?! Untung saja, tak seberapa lama, petugas boarding datang. Kami segera melakukan boarding dan masuk ke dalam stasiun.

Pagi itu, sudah lumayan banyak orang menunggu kereta. Stasiun Lawang sudah cukup ramai dengan calon penumpang yang akan naik dari stasiun ini. Matahari pagi yang baru terbit mengahangatkan stasiun sekaligus menyilaukan mata kami.

Oh iya, ada satu yang tertinggal. Ekspedisi jalur kantong kali ini kami ketambahan personil. Kami saat ini ditemani oleh Faiq, saudara sepupunya Balu. Faiq datang menyusul kami dari Kediri ke sini dalam rangka liburan. 

Kami yang menunggu kereta

Sembari menunggu, saya pun iseng-iseng berburu foto dan video kereta, siapa tau ada kereta yang berhenti di sini. Hasilnya, hanya ada satu kereta yang berhenti di sini. KA Tersebut adalah KA Tambahan (ya! Namanya emang KA Tambahan...!) relasi Surabaya-Malang. Kereta ini adalah kereta kelas ekonomi premium yang menggunakan rangkaian Jayakarta Premium yang menganggur (idle) di stasiun Surabaya Gubeng. Kereta ini dijalankan pagi hari karena siangnya harus digunakan kembali untuk perjalanan KA Jayakarta Premium.
KA Tambahan tiba di Lawang

Tak lama setelah KA Tambahan datang, KA Penataran baru datang di stasiun Lawang. KA Penataran datang pada pukul 07.40. Tak lama berselang, KA Bima dari stasiun Gambir tiba di Lawang. Karena harus menunggu bersilang dengan Bima yang baru masuk, KA Penataran yang dijadwalkan berangkat pukul 07.49 harus berangkat pada pukul 07.52, telambat 4 menit.

Stasiun Lawang menjelang kedatangan KA Penataran

Kereta yang kami naiki adalah kereta Penataran dengan nomor perjalanan 432. Penataran 432 berangkat dari stasiun asal Blitar pada jam 05.00. Adapun kereta ini menggunakan lokomotif CC 2017713. Rangkaian kereta yang kami naiki adalah kereta ekonomi dengan kode K3 0 66 71. Susunan kursinya adalah kursi 3-2.


Perjalanan dari Lawang


KA Penataran berangkat meninggalkan stasiun Lawang yang merupakan salah satu stasiun kelas 1 di Kabupaten Malang. Semua perjalanan kereta berhenti di sini karena harus melakukan berbagai tahap pengecekan. Lintas Bangil-Malang merupakan salah satu lintasan kereta ekstrem.  Jalurnya menanjak curam sehingga penuh resiko.

Pemandangan dari belakang kereta dengan latar gunung Arjuno

KA Penataran melintas langsung di 3 (tiga) stasiun, yaitu stasiun Sengon, Sukorejo, dan Wonokerto. Ketiga stasiun tersebut terletak di Kab. Pasuruan. Ketiga stasiun tersebut memang hanya digunakan ketika terjadi persilangan dan persusulan kereta terjadi. Sepanjang perjalanan tampak persawahan. Terkadang, ada juga lahan kering nampak sekali-dua.

Kami tak lupa untuk backride di sana selagi boleh. Seperti biasa, saya mengabadikan momen-momen dari balik kaca pintu kereta. Dari sana, nampak pemandangan dengan latar belakang gunung Arjuno gagah berdiri. Momen tersebut saya manfaatkan untuk mengambil video sambil mengenang ketika mendaki di sana.

Saat backride itulah kecepatan kereta terasa lebih cepat. Perjalanan yang menurun menjadikan kereta melaju lebih kencang dari biasanya. Cepatnya laju kereta berlangsung hingga berhenti di stasiun Bangil.



A post shared by Ikhalid Rizqy Al Raihan (@ikhalid_ra) on


KA Penataran tiba di stasiun Bangil pada pukul 08.30. Stasiun Bangil merupakan stasiun utama di Kabupaten Pasuruan. Stasiun ini cukup besar, tersedia 9 jalur di stasiun ini. Stasiun ini cukup besar karena melayani pemberhentian menuju 2 arah berbeda, ke arah Malang dan Banyuwangi. Di sini, KA Penataran berhenti selama kira-kira 5 menit hingga kembali berangkat pada pukul 08.35.
Stasiun Bangil
KA Penataran lalu melanjutkan perjalanannya. Kami masih terus nge-backride selama perjalanan. Itu karena penumpang kereta semakin penuh. Kami tidak mau lagi berjalan melewati penumpang yang berdiri di lorong kereta. Lagipula, setelah berangkat dari Bangil, KA Penataran justru semakin ngebut. Kita yang berada di dalam seperti naik roller coaster.

Setelah "kebut-kebutan" di dalam kereta, KA Pentaran tiba di stasiun Porong jam 08.48. KA Penataran berhenti di sini hanya sebentar, cukup semenit saja. KA Penataran di sini bertemu sesama KA Penataran tujuan Malang. Ia pun berangkat kembali jam 08.49.


Dari stasiun Porong, KA Penataran melaju cukup kencang. KA Penataran lalu melewati kawasan banjir lumpur Porong. Banjir lumpur Lapindo yang terjadi pada 29 Mei 2006 ini menenggelamkan 16 desa di Sidoarjo. Bencana tersebut telah menenggelamkan rumah-rumah warga, merusak sarana umum, dan merusak lingkungan sekitar daerah terdampak. Kawasan sekitarnya menjadi lebih kering dan berbau belerang. Baunya bahkan sampai tercium ke dalam kereta yang kami naiki begitu melewati lumpur Lapindo.


KA Penataran lalu tiba di stasiun Tanggulangin pada jam 08.55. Stasiun ini tak begitu jauh dari lumpur Lapindo. KA Penataran hanya berhenti sebentar di sini, hanya sekitar 1 menit saja. Arus penumpang pun terlihat sepi di stasiun ini. Kemudian ia berangkat pada jam 08.56. Lalu Penataran berjalan hingga tiba di Sidoarjo jam 09.03. Cukup banyak penumpang yang turun di sini hingga keberangkatannya kembali pada jam 09.05.

Berangkat dari Sidoarjo, Penataran kemudian melaju hingga ke stasiun KA Gedangan. Penataran tiba di stasiun Gedangan pada pukul 09.14. Ia harus berhenti lama di sini karena harus menunggu bersilang dengan KA Mutiara Timur. Penataran yang kami naiki baru berangkat dari Gedangan pada 09.18. Pemberhentian berikutnya adalah stasiun Waru. Kereta berhenti di Waru jam 09.23. Stasiun Waru adalah pemberhentian terakhir kereta ini di Sidoarjo sebelum menuju Surabaya.

Berangkat dari Waru

Tiba di Surabaya

KA Penataran pun tiba di kota tujuan, Surabaya. KA Penataran menyusuri rel yang berdampingan dengan Jl Ahmad Yani beserta frontage road. Penataran melewati banyak gedung-gedung ikonik mulai dari City of Tomorrow, Menara Avian, Graha Pena, UIN Sunan Ampel, Jatim Expo, hingga ke Royal Plaza. 

Pemberhentian pertama Penataran di Surabaya adalah stasiun Wonokromo. Stasiun ini merupakan pertemuan antara lintas Surabaya-Kertosono dan Surabaya-Bangil. Stasiun ini pula mengingatkan saya ketika saya bersama kakek-nenek mencoba KA Komuter Supor (Surabaya-Porong) yang waktu itu masih baru diluncurkan, lupa tahun berapa. KA Penataran tiba di stasiun Wonokromo jam 09.31 dan berangkat kembali jam 09.33.

View this post on Instagram

Awalnya, saya mengenal kereta api karena keluarga saya seringkali bepergian dengan kereta waktu kecil dulu. Dulu, kami biasa naik KRL untuk berlibur ke Jakarta hingga naik Argo Bromo Anggrek untuk mudik lebaran. . Sekarang, naik kereta api seperti hobi dan pilihan ketika bepergian. Pulang dari kampus ke rumah, mudik lebaran, hingga jalan-jalan mengisi liburan selalu dengan kereta api. . Namun, lebih dari itu... Dari kereta api, kami belajar memperkuat kekompakan. Dari kereta api, kami belajar mengenal dan menghargai orang lain. Dari kereta api, kami juga belajar mencintai sejarah. . Maka, karena naik kereta api, kita belajar banyak hal. . #AyoNaikKereta ...! Khususon buat yang belum di-tag @allone.sign @athamahdi @harisabdul46 Monmaap min @keretaapikita @kai121_ kalo nge-tag temennya kebanyakan 😁✌️#KAIGiveaway #HarpelnasKAI #railfansindonesia #keretaapi #keretaapikita #railfans #keretaapiindonesia #dipolokomotifmojosari #dipolokomotifjatinegara #indonesianrailways #hobifotokeretaapi #semboyan35 #indonesianrailway #indonesianrailfans #cc20613100 #fotokeretakita #indonesiarailways #train #kereta #kai121 #bukansepurbiasa #railway #trainphotography
A post shared by Ikhalid Rizqy Al Raihan (@ikhalid_ra) on
KA Penataran melanjutkan perjalanannya dari stasiun Wonokromo. Kereta waktu itu sudah sepi karena banyak pernumpang yang turun di Wonokromo. Kami pun bisa duduk di manapun dengan leluasa. Kami memilih tempat duduk di rangkaian paling belakang agar tidak berjalan jauh-jauh. Kami pun sempat mengobrol singkat dengan petugas. Pak petugas pun tahu kalau kami sekadar joyride. Setelah menempuh beberapa saat, KA Penataran tiba di stasiun Surabaya Gubeng jam 9.39, lebih cepat semenit dari jadwal. Kemudian ia berangkat kembali jam 09.41.
Persiapan berangkat

Stasiun Surabaya Gubeng

Kawis Nusantara yang sedang parkir di stasiun Surabaya Gubeng

Setelah menyusuri jalur dalam kota Surabaya, KA Penataran yang kami naiki akhirnya tiba di stasiun akhir Surabaya Kota. Stasiun yang dikenal juga dengan Stasiun Semut merupakan salah satu stasiun bertipe terminus (stasiun ujung tanpa jalur lanjutan) seperti stasiun Jakarta Kota, Tangerang, Merak dan stasiun Kertapati di Palembang. Penataran tiba di Surabaya Kota jam 09.53. kami pun mengakhiri perjalanan di sini sembari transit menunggu kereta berikutnya.

Akhirnya tiba di Surabaya Kota

Posting Komentar

0 Komentar