Cerita dari Kereta: Menjajal Light Rail Transit (LRT) Jakarta



Setelah kembali dari mudik lebaran, masih ada sisa 5 hari untuk beristirahat di rumah sebelum kembali ke kampus. Di situlah mulai bingung mau merancang agenda di sisa hari di rumah ini. Mau keliling kota, udah bosan. Mau jalan-jalan, tidak ada teman. Seharian di rumah pun sangat membosankan.

Rasa ingin bepergian pun menggebu-gebu ketika adik saya ingin jalan bareng teman sekolahnya. Ceritanya, temannya yang dari jauh akan datang untuk berlibur di Bogor. Dia berencana akan menginap di rumah untuk beberapa hari. Mereka akan menghabiskan waktu berkeliling Bogor dan Jakarta dengan teman lainnya yang tinggal tidak jauh dari rumah. Keder juga aku jadi orang yang paling ganteng di rumah...!

Akhirnya, saya iseng-iseng mencoba googling mencari event terdekat selama di rumah. Eh lha dalah, ternyata saya menemukan info uji publik Light Rail Transit (LRT) Jakarta mulai dibuka tanggal 11 Juni. Segera saya klik link yang ada di profil instagram LRT Jakarta untuk mendaftarkan diri. Saya cepat-cepat daftar agar tidak kehabisan tiket. 

Saya pun mencoba-coba mencari hari operasional yang tersedia. Ternyata, hari pertama pun saya masih bisa mendapatkan tiket. Setelah mengumpulkan e-formulir, saya mendapatkan 2 email dari LRT Jakarta sekaligus. Email pertama berisi konfirmasi, dan yang kedua adalah tiket elektronik. Tiketnya dapat dicetak karena dikirimkan dalam format pdf. Alhamdulillah, saya bisa mencoba LRT di hari pertama uji publiknya.

Tiket LRT sendiri menerangkan kapan jadwal operasionalnya. Dalam tiket tertulis jam operasionalnya, dari pukul 05.30-22.30. E-ticket hanya berlaku untuk sekali perjalanan namun kita bebas mau naik kapan saja asal masih di dalam jam operasional. 

LRT Jakarta merupakan salah satu moda transportasi terbaru di Jakarta. Ia melengkapi sarana transportasi umum berbasis rel setelah KRL Commuterline dan MRT Jakarta. Kereta LRT diproduksi oleh Hyundai Rotem, anak perusahaan raksasa Korea Hyundai. Sedangkan prasarananya berupa jalur, stasiun dan penunjang lainnya dikerjakan PT Jakarta Propertindo atau Jakpro, sebuah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Pemprov DKI Jakarta dalam bidang properti. Sedangkan, operator LRT adalah PT LRT Jakarta.

Pembangunan jalur LRT Jakarta saat ini sudah selesai di tahap I. Jalur tersebut terbentang dari Rawamangun sampai Kelapa Gading dengan relasi Velodrome-Boulevard Utara. Jalur LRT yang sudah rampung ini terbentang sepanjang kurang lebih 5 km. 

Naik dari Bogor

Untuk mencoba LRT Jakarta dari Bogor, pertama saya menaiki KRL Commuter Line. Saya memang terbiasa naik KRL untuk perjalanan ke Jakarta karena tiketnya murah dan lebih cepat dibandingkan sarana lainnya. Saya kemudian turun di stasiun Manggarai. Stasiun Manggarai adalah stasiun terdekat menuju stasiun LRT Velodrome. Kita dapat mengggunakan semua KRL dari Bogor menuju segala stasiun, baik Red Line (Bogor-Jakarta Kota) atau Loopline (Bogor-Angke atau Jatinegara) karena semuanya berhenti di stasiun Manggarai sebagai stasiun transit.

Saya kemudian memesan Go-Jek dari Manggarai. Jarak dari Stasiun Manggarai ke stasiun Velodrome lumayan jauh, sekitar 6,8 km. Saya harus membayar Rp 18.000,00 untuk GoRide ke Velodrome. Saya bersyukur dapat driver yang sepantaran dengan saya. Kami pun mengobrol banyak selama di perjalanan, umumnya tentang kehidupan saya sebagai staf universitas dan kehidupannya sebagai guru honorer di daerah Cakung, Jakarta Timur. Kami saling berbagi pengalaman dan suka duka setelah lulus kuliah (kami kebetulan sama-sama fresh graduate). Awalnya ia tak tahu stasiun Velodrome karena masih baru. Untungnya, Velodrome bersebelahan dengan Universitas Negeri Jakarta (UNJ) jadi dia langsung tahu letaknya begitu saya tunjukkan posisi stasiun Velodrome di Google Maps. Maka, kami pun sepakat untuk turun di halte UNJ.


Mencoba LRT dari Stasiun Velodrome


Saya pun berjalan kaki ke stasiun Velodrome. Stasiun Velodrome ketika itu masih kinyis-kinyis baru selesai dibangun. Jalur LRT sepenuhnya dibangun melayang (elevated). Untuk mencapai atas stasiun tersedia eskalator di pintu masuk. Saya kemudian disambut oleh petugas keamanan yang memeriksa tiket online para penumpang. 

Saya naik eskalator ke peron stasiun di atas. Tiba di peron, saya langsung menghampiri loket kereta. Saya ke loket untuk menukarkan e-ticket dengan selembar tiket. Ternyata, saya diarahkan ke petugas jaga di sebelah loket. Saya pun menunujukkan e-ticket kepada mbak-mbak petugas dan diberikan tiket yang berbentuk kartu seperti tiket KMT (Kartu Multi Trip) KRL.


Tiket LRT ini dapat digunakan untuk sekali tap seperti di stasiun KRL. Kartu ini berlaku bagi pengguna setelah 2 jam pemakaian. Artinya kita bisa bolak-balik naik LRT (dalam masa uji publik) selama 2 jam asalkan kita belum tap-out

Tiket pun sudah ada di tangan. Saya lalu tap-in sebagaimana saya tap-in masuk KRL. Setelah portal otomatis terbuka, saya menunggu kereta LRT di peron. Di sana sudah banyak masyarakat dan wartawan mengabadikan momen uji coba perdana. Saya pun tak mau ketinggalan untuk mengabadikan momen ini.

Kereta LRT pun datang setelah menunggu agak lama. Kereta LRT berwarna kombinasi merah dan abu-abu terdiri dari dua rangkaian kereta. Kereta ini digerakkan oleh listrik aliran bawah berdaya 750 volt. Kereta LRT berjalan di atas rel selebar 1435 mm, lebar sepur standar internasional yang lebih lebar dari rel di Indonesia (1067 mm).


Begitu kereta berhenti dengan sempurna, pintu otomatis atau Platform Screen Door (PSD) dibuka. PSD dibuat untuk mencegah penumpang terjatuh ke rel LRT. PSD terbuka tepat ketika pintu kereta LRT dibuka. Bayangin aja kalau PSD dan pintu kereta LRT posisinya tidak pas, bagaimana penumpang bisa masuk?!

Saya pun masuk ke dalam kereta LRT. Saya masuk ke kereta rangkaian belakang karena agak sepi. Kereta depan sudah ramai oleh penumpang, wartawan, dan petugas. Di dalam kereta, lagi-lagi banyak penumpang yang memfoto dan merekam video. Saya pun ikut memfoto, lumayan buat bahan blog ini.

Interior kereta agak mirip dengan interior KRL. Kursinya dibuat berjajar menempel di pintu. Ada tempat gantung untuk penumpang yang berdiri. Terdapat pula tempat untuk penumpang berkursi roda di pintu samping bordes yang didesain tanpa kursi. Fasilitas penunjang di setiap kereta adalah layar LCD di atas pintu dan bordes, alat pemadam api ringan (APAR), dan beberapa papan petunjuk. Layar LCD menunjukkan rute dan stasiun pemberhentian berikutnya. APAR terletak di sebelah bordes. Papan petunjuk berupa panduan evakuasi, tempat duduk prioritas, dan petunjuk lainnya.










LRT pun Berjalan

Kereta LRT yang saya tumpangi perlahan meninggalkan stasiun Velodrome. LRT memulai perjalannya mengangkut penumpang yang antusias. Banyak masyarakat yang berfoto-foto. Ada pula beberapa orang petugas yang menginspeksi kereta LRT. Sementara itu, kereta masih terus berjalan melintasi jalur rel layang di Jakarta. 

LRT berjalan pada kecepatan 60-70 km/jam. Perjalanan LRT terasa halus. Tidak ada goncangan yang terasa sebagaimana naik kereta-kereta lain. Saya yang berdiri pun tidak merasakan goncangan berarti selama perjalanan. Kondisi di dalam kereta pun terasa bersih dan nyaman. AC kereta cukup sejuk. Kereta juga terasa tenang karena tidak ngebut. Di dalam kereta selalu disetel pengumuman tentang petunjuk keselamatan dalam LRT. 

Selama perjalanan, gedung-gedung nampak berdiri. Gedung-gedung terlihat setengahnya tertutup oleh rel kereta. Ada yang hanya terlihat atap atau tulisannya saja. Rumah-rumah kelihatan kecil jika kita melihat dari jendela kereta. Terdapat salah satu tempat yang menarik perhatian saya selama perjalanan ini. Kereta LRT melintas di Gedung Advokat Hotman Paris. Ternyata, sang pengacara ngantor di situ, ya...! Maklum, saya yang jarang banget jalan-jalan di Jakarta antusias banget (baca: ndeso) begitu melihat kantornya. 

Kereta berhenti di setiap stasiun LRT yang disinggahi. Di stasiun-stasiun pemberhentian, tidak banyak penumpang yang berhenti di sini kecuali petugas. Mayoritas penumpang sepertinya banyak memanfaatkan uji coba publik LRT ini untuk menjajal kereta LRT secara full trip. Stasiun-stasiun pemberhentian tersebut adalah (berurutan dari Velodrome ke Boulevard Utara): 
  • Stasiun Equestrian
  • Stasiun Pulomas
  • Stasiun Boulevard Selatan
  • Stasiun Boulevard Utara
Stasiun Equestrian dari dalam LRT

Tiba di Pemberhentian Akhir

Setelah menempuh perjalanan selama kira-kira 15 menit, LRT akhirnya tiba di stasiun akhir Boulevard Utara. Stasiun ini terletak di Kel. Kelapa Gading Timur, Kec. Kelapa Gading, Jakarta Utara. Stasiun LRT Boulevard Utara posisinya cukup strategis. Ia berada di atas Jl. Boulevard Raya dan berdekatan dengan Mall Kelapa Gading. Ia juga di atas kompleks ruko Kelapa Gading yang memiliki banyak perkantoran, bank,, restoran, dan minimarket.

Stasiun Boulevard Utara
Saya datang dengan "disambut" oleh petugas berseragam, mulai dari petugas keamanan kereta, petugas operator LRT, sampai petugas kepolisian. Tentunya bukan disambut beneran, tapi mereka sudah memenuhi peron stasiun. Mungkin untuk menjaga keamanan, atau juga untuk menunggu kereta LRT datang lagi.

Di stasiun ini saya meihat pula banyak orang yang nangkring di jembatan penyeberangan antar peron. Beberapa di antara mereka terlihat membawa kamera. Mereka rata-rata mengambil gambar suasana stasiun atau sekadar menunggu kereta berikutnya datang. 
Tangga penyeberangan antar peron di Stasiun Boulevard Utara
Saya pun ingin mencari keberadaan tangga menuju ke penyeberangan tersebut. Saya akhirnya menghampiri gerbang keluar kemudian tapping. Setelah tap out, langsung saya keluar dari gerbang. Harapan saya waktu itu agar bisa menemukan tangga ke seberang sana dan naik LRT lagi.

Tapi ternyata, perkiraan saya salah besar. Tangga menuju penyeberangan berada di dalam stasiun LRT, tepatnya di depan tangga. Ketika keluar dari kereta, saya tidak mencari tahu posisi tengga menuju penyeberangan. Begitu pula ketika tap out, saya tidak memperhatikan ada tangga di depannya. Sehingga saya baru menyadari kalau saya bisa menyeberang jika tidak tap out di gerbang dahulu. Tiket pun sudah kadung dikembalikan. Hangus suda kesempatan saya untuk kembali ke stasiun Velodrome dengan LRT.

Yah, bagaimapun juga, yang penting sudah mencoba LRT! Waktu itu saya tidak terlalu memperhatikan rambu-rambu di stasiun LRT. Saat ini, informasi sudah tersedia lebih lengkap di stasiun. Salah satunya dengan adanya layar LCD yang menunjukkan kedatangan kereta LRT. Jadi, tidak ada lagi cerita kesasar atau salah turun kecuali kalau kamu memang lagi kurang fokus. Semoga ke depannya LRT Jakarta bisa terus berinovasi untuk melayani publik.

Update: Saat ini LRT Jakarta masih dalam masa uji coba. Uji coba yang dilakukan adalah uji coba e-ticketing dengan kartu bank. Selengkapnya dapat dilihat di situs LRT Jakarta

Posting Komentar

0 Komentar