Hikmah di Balik Musibah


Suara tangis yang merintih
Tanda bumi sedang menangis
Langit merah di atas sana
Kesaksian alam semesta
(Gigi - Bumi Menangis)

Memasuki penghujung 2017, kita dikejutkan dengan berbagai ujian yang menimpa kita. Kita diuji dengan bencana alam dan bencana lain yang datang seakan-akan beruntun. Ujian bertubi-tubi ini menggoncangkan dada, menyesakkan hati, menimbulkan nestapa. Seakan-akan kita ingin mengeluh dan berkata, "Ya Allah, kenapa engkau uji kami sedemikian berat?"

Badai siklon Cempaka di Jawa bagian selatan memulakan rentetan ujian. Diawali dengan hujan sehari semalam yag tak putus di akhir November, ia ternyata berakibat banjir bandang di berbagai kawasan di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Aku pribadi awalnya mengira ini adalah hujan seperti hari-hari biasa, hanya saja lebih lama, dari subuh sampai malam. Ternyata, ia berdampak kepada musibah yang lebih parah. Seketika itu, Pacitan dilanda banjir bandang. Jalan-jalan dan jembatan hancur. Rumah-rumah rusak disapu banjir  Orang-orang kelimpungan hendak lari ke mana. 19 orang bahkan harus kehilangan nyawanya. Kerugian material terhitung mencapai triliunan rupiah.

Belum selesai bencana alam, sebuah ujian menimpa lagi khususnya umat Islam. Untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dan memperkuat persatuan umat, agenda bertajuk "Reuni 212" dilaksanakan di silang Monas, Jakarta. Atas rahmat Allah ta'ala, acara Reuni 212 berjalan lancar tanpa halangan. Meskipun tanpa halangan, cobaan terhadap ummat Islam tetap ada.

Acara ini menerima beberapa reaksi negatif. Reuni 212 dianggap buang-buang uang dan tenaga, tak berguna, intoleran, dan lain-lain. Ada yang bilang juga 212 untuk mengusung khilafah. Ungkapan nada miring tersebut tidak datang dari anak-anak atau kalangan bawah, namun ia datang dari aktivis atau tokoh-tokoh nasional. Bahkan, Metro TV dengan blak-blakan menyatakan bahwa reuni 212 merupakan perayaan intoleran. Otomatis, suara miring tersebut akan menggiring opini publik untuk membenci gerakan ini dan menuding siapapun yang terlibat di dalamnya untuk merongrong NKRI.


Aksi 212 berakhir, cobaan tak kunjung berakhir. Kali ini menimpa da'i dan ulama masyhur Ust. Abdul Somad. Ust. Abdul Somad dihadang oleh massa ormas KRB dan meminta berikrar kebangsaan. Sungguh aneh, Ust. Abdul Somad dikenal dengan ceramahnya yang merakyat. Tapi koq masih ada orang yang tak suka? Beliau dianggap anti-NKRI. Padahal, di mana sikap beliau yang anti NKRI? 

Tidak hanya umat Muslim Indonesia yang sedang diuji, umat Islam sedunia pun juga diuji. Donald Trump, Presiden Amerika Serikat, tanpa tedeng aling-aling menyatakan Yerusalem sebagai ibukota Israel. Pernyataan sepihak ini disusul wacana pemindahan Kedutaan AS ke Yerusalem. Hal ini tentu memantik emosi umat Islam. Di saat umat Islam berjuang untuk mempertahankan Yerusalem dan Masjid Al-Aqsha sebagai milik Palestina, Trump justru menyerahkannya kepada Israel. AS jelas-jelas berpihak kepada Israel, meskipun Trump berdalih untuk menjaga perdamaian antara masyarakat Palestina dan Israel.
Umat Islam se-Indonesia bergerak mendukung Palestina (Hidayatullah.com)

Yah, kita tak tahu lagi ujian apa yang akan terjadi nantinya. Sebenarnya semua adalah cerita lama. Kita sudah berkali-kali menyaksikan bahkan merasakannya. Namun, kita merasa ujian ini "besar" karena ia datang beruntun. Bencana alam sudah sering kita mengalaminya. Akan tetapi, bencana alam yang terjadi sekarang meliputi kawasan yang lebih luas. Belum lagi kita dihadapkan dengan cercaan terhadap Islam. Tahun-tahun ini kita akan berhadapan dengan tahun politik. Apapun masalahnya, semua dianggap usaha politik. Apa yang Anda utarakan saat ini, bisa jadi disebut pernyataan politis sehingga dikecam oleh siapapun yang berseberangan dengan Anda. Mau ceramah agama koq tahu-tahu dicekal dengan dalih mengancam politik?!

Ujian Dari Allah

Tak ada asap kalau tidak ada api. Tidak ada sesuatu hal terjadi tanpa penyebab. Semua yang kita alami pasti ada penyebabnya. Entah kita atau orang lain, pasti ada yang bertanggungjawab atas apa yang terjadi baik langsung atau tidak langsung. 

Kita harus menyadari bahwa manusia pasti akan mendapatkan ujian. Bagaimanapun bentuknya dan seberapa berat ujian tersebut, masing-masing akan mendapatkan cobaan tersebut. Levelnya berbeda-beda bagi masing-masing orang. Ada yang diuji dengan kenikmatan, ada yang diuji dengan bencana dan duka cita. Semuanya diuji untuk mengukur kadar keimanan dan ketaqwaan manusia.

Allah swt. berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 155:
 وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ 
Artinya: Dan sungguh kami akan berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang yang sabar.

Untuk apa Allah memberikan cobaan? Dia memberikan kita cobaan untuk mengetahui kadar ketakwaan kita siapa yang lebih baik amalnya.

ليبلوكم أيكم أحسن عملا
Ujian dan cobaan ada untuk menguji keimanan kita

Bencana alam yang terjadi di atas mungkin karena ulah manusia. Mengapa banjir terjadi begitu parah? Mungkin karena kita serakah. Menebang hutan-hutan, membuka lahan untuk kepentingan perumahan. Air pun tidak langsung meresap ke tanah, melainkan mengalir begitu saja tanpa hingga menghancurkan bendungan dan jalan. Atau mungkin kita tidak pernah memperhatikan lingkungan. Asal menebang pohon tanpa membangun kembali, buang sampah sembarangan ke sana sini, terus-terusan bermewahan, lupa bersyukur, dan menyia-nyiakan yang sudah ada. Intinya sih kurang bersyukur.

Terus kenapa umat Islam terus-terusan dicaci? Cacian terhadap Islam tidak hanya terjadi saat ini. Hinaan terhadap Islam pun sudah dimulai sejak Rasulullah membawa risalah Islam. Bahkan, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah disoraki oleh Abu Jahal ketika berceramah menyampaikan Islam di Mekkah. Abu Jahal bersorak, "Celakalah engkau, Muhammad! Apakah untuk ini kamu mengumpulkan kami?" Penistaan terhadap Islam akhirnya mendorong Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabat untuk berhijrah ke Madinah. Bagi mereka, pergi hijrah meninggalkan harta dan keluarga lebih baik dan lebih mulia daripada tinggal di Mekkah tapi Islam akan terus dicaci hingga tak berkembang pesat.

Karena ujian dan cobaan datang langsung dari Allah, kita harus siap menghadapi berbagai cobaan. Tak ada yang tau pasti kapan Allah menguji keimanan kita. Entah saat kita sehat atau sakit, entah saat bahagia atau berduka. Kita juga tak tahu ujian apa yang akan menimpa kita. Bisa jadi, harta dan kekayaan adalah ujian. Apakah kita mensyukuri nikmat yang Allah berikan atau justru mengkufurinya. Apakah kita juga bersabar atas ujian, atau justru mengeluh dan mencari jalan pintas yang tidak diridhoi Allah seperti pergi ke dukun, mencuri, berjudi dll.
Menjaga lingkungan adalah salah satu bentuk taqwa kita kepada Allah

Bencana alam juga merupakan sebuah cobaan dan peringatan. Bencana alam turun berarti Allah memperingatkan kita agar mendekatkan diri kepada-Nya dan menjaga alam. Karena kita rakus mengejar keuntungan, Allah menurunkan bencana alam yang justru merusak dan merugikan kita. Banyak jalan untuk menjaga alam sekitar. Tidak membuang sampah sembarangan dan mengurangi penggunaan plastik adalah salah satu langkah kecil kita. Pembangunan ramah lingkungan merupakan solusi luas jangka panjang yang bisa dilakukan oleh pemerintah dan stakeholder lain. Setidaknya, menjaga lingkungan harus dimulai dari diri sendiri.

Membersihkan lingkungan adalah upaya kita untuk menjaganya

Kita memang tidak bisa lari dari ujian dan cobaan. Kita harus siap menghadapinya. Akan tetapi, kita bisa melakukan berbagai upaya agar ujian tak datang lagi lebih besar. Kita bisa "mencegah" cobaan tersebut. Bagaimana caranya? Kita bisa "mencegahnya" dengan mempererat hubungan dengan Allah melalui ibadah dan ketakwaan kita. dengan berbuat baik bagi lingkungan sekitar dan alam. Dengan demikian, kebaikan kita akan bertambah sehingga kita siap me nghadapi ujian.

Oleh karena itu, kita harus selalu menjaga diri kita dalam menjalani hidup. Kita sudah menjalani berbagai cobaan di penghujung tahun ini. Berbagai cobaan yang menimpa datangnyadari Allah, jadi mau tak mau kita harus menghadapinya. Bagaimana menghadapi cobaan dari Allah? Kita harus terus mempererat hubungan kita kepada Allah dan kepada makhluk-Nya agar batin kita kuat dan siap mengahdapi cobaan. Semoga kita tetap kuat dalam menjalani ujian hidup.



Posting Komentar

0 Komentar