Toleransi dalam Keberagaman: Belajar dari Tanah Papua


Tak bisa kita pungkiri, keberagaman adalah kodrat alam yang telah Allah ciptakan kepada kita. Keragaman membuat manusia lebih mengenal sesamanya. Keragaman telah membuat manusia memahami alam. Yang terpenting, keragaman mewarnai kehidupan manusia dan membuat kehidupan manusia tidak membosankan. Bayangkan jika makhluk di dunia tidak diciptakan beragam! Hidup akan terasa membosankan. 

Keberagaman adalah modal berharga dalam sebuah masyarakat. Masyarakat merupakan sekumpulan orang-orang dari berbagai latar belakang. Dari berbagai latar belakang, mereka hidup  dan membangun kehidupan sosial bersama. Masyarakat dengan berbagai warna akan menciptakan masyarakat majemuk. Dengan kemajemukan, masyarakat akan hidup lebih berwarna. 

Bagaimana masyarakat dapat hidup berwarna? Begini contohnya, masyarakat majemuk terdiri dari individu yang beragam. Ada penduduk asli, ada juga pandatang. Orang-orang pendatang kemungkinan besar datang dari berbagai wilayah. Mereka akan bersama-sama membangun daerah mereka. Mereka akan berusaha untuk membuat lingkungan nyaman dengan membersihkannya dan membangun fasilitas-fasilitas penunjang. Selain itu, mereka juga membangun berbagai kesepakatan untuk saling menjaga lingkungan agar mereka hidup kondusif.

Ada beberapa keuntungan dalam hidup dengan keberagaman. Kita mampu lebih terbuka dalam menanggapi berbagai hal. Ini tentunya terjadi karena kita terbiasa hidup bersama orang yang berbeda latar belakang. Kita juga akan lebih toleran dengan keadaan orang di luar kita. Karena kita hidup beragam, kita pun mampu merespons masalah dengan berbagai perspektif, setidaknya dengan perspektif pihak yang terlibat dalam masalah tersebut. COntohnya, orang Bali pantang memakan daging sapi karena sapi adalah hewan suci menurut agama Hindu. Sedangkan, orang Islam tidak memakan daging babi karena diharamkan. Maka, ketika ada jamuan makan bersama, mereka mencari makanan pengganti kedua daging tersebut seperti ayam, ikan, dan kambing.

Kadang-kadang, keberagaman menjadi potensi konflik. Konflik lahir dalam sebuah masyarakat majemuk karena ketidakmampuan seseorang memahami perilaku orang lain. Ibarat kayu, jika semakin digesekkan akan menimbulkan percikan api yang ketika membesar akan menyulut api dan membakar apa yang di sekelilingnya. Begitupun dengan masyarakat, gesekan-gesekan di antara mereka akan membesar dan menyulut konflik. Contohnya begini, orang Surabaya memecahkan kata "Jancok" sebagai kata sapaan akrab, namun lain halnya dengan orang luar Surabaya, kata "Jancok" diartikan sebagai makian. Apabila kedua orang tersebut saling menyapa kemudian keluar kata Jancok dari si orang Surabaya, ditakutkan mereka akan bertengkar karena perbedaan penafsiran tersebut.

Bagaimanapun, keberagaman adalah kodrat yang tak bisa kita hindari. Keberagaman akan selalu ada sepanjang hayat manusia. Kita tidak akan bisa menjauhi orang-orang yang berbeda keadaan dengan kita. Mau tidak mau kita pasti bertemu dengan mereka. Kita pasti menjumpai hal asing saat kita berhadapan dengannya. 

Bagaimana menghadapi keberagaman? Ya, hadapi saja! Aku serius, nih! Kalau kalian merasa asing dengan seseorang yang baru kalian ketahui, cobalah dekati dulu. Pahami juga karakter dan kebiasaannya. Bersikaplah toleran terhadap kebiasaan atau pendapatnya yang mungkin berbeda dengan kita. Di sinilah kita dapat ilmu dan pengalaman baru

Sewaktu kecil dulu, saya pernah bertetangga dengan keluarga dari Papua. Yang saya ingat di antara keluarga itu adalah anak perempuannya yang bernama Chika. Setiap sore sepulang sekolah, kami selalu bermain di depan rumahnya. Kadang petak umpet, kadang kejar-kejaran, yang paling sering adalah main perahu-perahuan dari daun dan dilalirkan di selokan. Keluarganya memelihara seekor anjing. Anjing itu bertubuh pendek dan berbulu coklat.  Kata Chika, anjing itu adalah seekor kanguru yang disuntik obat sampai tubunya mengecil dan menjadi seekor anjing. Aku waktu itu percaya-pecaya saja karena pengetahuanku soal anjing kurang dan belum ada Google di masa itu. Aku pun sering bermain dengan anjingnya tanpa menemui masalah meskipun saat pulang aku harus membersihkan bekasnya dengan air dan campuran tanah.

Ada lagi, tetangga kakekku adalah keluarga keturunan Tionghoa yang sudah berumur lansia. Aku biasa memanggil mereka Opa Om dan Oma Tante. Lagi-lagi waktu aku kecil, setiap mudik ke Surabaya (aku tinggal di Bogor dan mudik ke rumah kakek-nenek Surabaya setiap hari raya Idul Fitri), aku sering main ke rumah mereka. Setiap pagi, aku selalu menyaksikan Opa Om memberi makan burung-burung peliharannya. "Kasih makan, kasih minum!" kata Opa Om. 

Beberapa tahun berselang, kakek pindah ke Malang dan mereka pun pindah rumah ke daerah lain di Surabaya. Keluarga kami masih sering mengunjungi rumah Opa Om. Pernah aku menginap di rumahnya karena orang tuaku akan mengikuti reuni sekolah mereka. Ketika waktu shalat tiba, Oma Tante selalu menyuruhku shalat di masjid dekat rumahnya. Oma Tante juga menyediakan sarung untuk shalat karena waktu itu aku masih terbiasa bercelana pendek. Karena hubungan baik kami kepada mereka, kami selalu merencanakan untuk bertandang ke rumah mereka setiap mudik lebaran.

Saat ini pun, saya selalu bersikap toleran terhadap siapapun itu. Setiap menghadiri pertemuan, saya mencoba enjoy bersama orang-orang baru yang mungkin berbeda keyakinan denganku. Akhirnya, aku merasa tidak ada masalah dengan mereka. Malahan, pas aku menjawab pertanyaan, "Dari kampus mana?" mereka tampak tertarik mendengarkan penjelasan tentang kampusku karena menurut mereka, ada yang berbeda dengan kampus lain. Aku pun juga terkesan dengan bagaimana kampus mereka dan kegiatannya serta bagaimana keseharian atau tentang adat istiadat.

Sungguh menarik bila kita mampu berbagi dengan orang lain apalagi dengan orang yang berbeda. Kita akan mengenal banyak orang dari berbagai latar belakang, kita dapat mengenal adat serta kebudayaannya, dan yang terpenting, kita bisa belajar bertoleransi dengan orang lain. Dari mana kita belajar it semua? Kita belajar itu dari keberagaman. Keberagaman adalah pelajaran yang belum tentu kita dapatkan di bangku kuliah.

Keberagaman akan terus menciptakan hal-hal baru yang belum pernah tercipta sebelumnya. Keberagaman akan membuat sesuat yang unik hingga menarik minat orang yang menyaksikannya. Masyarakat yang hidup beragam akan menciptakan cerita baru dalam lembaran kehidupan sosial.

Salah satu yang hal unik karena kebaragaman adalah inovasi baru akan lahir dalam masyarakat. Masyarakat majemuk akan menciptakan berbagai inovasi berbekal pengalaman yang ada di daerah asal masing-masing.

Ada dua peristiwa menarik yang pernah ada dari keberagaman. Saya mengambil peristiwa ini dari tanah Papua. Dengan agama dan etnis beragam, mereka bisa rukun dan membangun masyarakat dan memakmurkan daerah.
Masyarakat Asmat Gelar Buka Puasa Bersama- independen.id

Tradisi yang lahir berkat toleransi dan keberagaman adalah buka puasa bersama masyarakat kabupaten Asmat. Buka bersama masyarakat Asmat ini berlangsung pada tanggal 10 Juni 2016 di kota Agats, ibukota kab. Asmat. Bukber ini ditujukan untuk menjaga toleransi dan menghormati umat Islam yang sedang berpuasa. Padahal, jumlah umat Islam di Kab. Asmat hanya 8.998 jiwa, sekitar 8% dari total penduduk Asmat. Pemerintah Asmat membagikan 5000 kupon gratis pada buka puasa ini, dan ditukrakan dengan makanan dan minuman.

Baca juga: Hormati Umat Muslim, Warga Asmat Gelar Buka Puasa Bersama - independen.id

Umat Islam di Indonesia pun selalu berusaha untuk bersikap toleran dengan sesamanya khususnya dengan non-Muslim. Di sana, mereka saling bahu membahu menjaga kerukunan di tanah ujung timur. Mereka saling mengunjungi setiap ada perayaan hari besar seperti Idul Fitri, Natal, dan perayaan lainnya. Tak jarang pula didapati rumah-rumah ibadah yang saling berdampingan. Setiap satu jamaah masjid contohnya, mengadakan shalat di masjid, pihak gereja menyediakan lahan parkir, begitu pula sebaliknya. Masjid dan gereja di sana bukan hanya simbol keagamaan dan tempat ibadah, namun juga menjadi lambang keberagaman dan sarana sosial. Tak heran jika Papua mendapatkan predikat tertinggi dalam kerukunan umat beragama.

Baca juga: Wujud Toleransi Umat Beragama Jadikan Papua Tanah Damai - cendananews.com

Selain agama, keberagaman di Papua juga tercermin dalam aspek sosial budaya. Masyarakat Papua tidak hanya penduduk asli Papua, ada juga masyarakat pendatang yang berasal dari suku bangsa lain seperti Jawa, Makassar dan sebagainya. Mereka saling membantu meningkatkan kehidupan di Papua. Dari situ, banyak hal baru tercipta.

Salah satu kegiatan yang lahir berkat keragaman adalah Hari Perayaan Pahlawan Pongtiku yang digelar masyarakat Toraja di Jayapura pada 4 September 2016. Hari Perayaan Pahlawan Pongtiku diadakan untuk membakar kembali semangat juang Pongtiku, pahlawan asal Tana Toraja. Acara ini sendiri diisi dengan perlombaan olahraga, seni, donor darah, dan gerak jalan. Acara ini berjalan lancar karena Ikatan Keluarga Toraja sebagai asosiasi masyarakat Toraja di Papua berperan aktif dalam pembangunan Papua, sebagaimana yang dijelaskan oleh Asisten II Setda Kota Jayapura Nurjainudin Konu.

Baca Juga: Masyarakat Toraja di Papua Gelar Perayaan Hari Pahlawan Pongtiku - kabarpapua.co

Keberagaman dan toleransi adalah dua hal yang tak bisa terpisahkan. Keduanya seling berkaitan satu sama lain. Karena keberagaman, kita belajar bertoleransi. Rasa toleransi ada karena terbiasa dengan keberagaman.

Kita harus tetap menjaga keberagaman dan toleransi. Namun, dalam toleransi antara umat beragama, kita mesti mengerti batasan-batasan dalam toleransi. Toleransi dalam beragama berarti kita tidak mengganggu orang lain dalam menjalankan ibadah, tidak pula turut berbaur dalam perayaan mereka. Kita mungkin bisa membantu memfasilitasi, namun tidak perlu ikut mengenakan atribut mereka atau ikut merayakan. Merayakan perayaan itu berarti kita mengakui kepercayaan mereka.

Baca juga: Bagaimana Islam Memahami Toleransi?

Itulah yang dapat kita pelajari bersama tentang toleransi dalam keberagaman. Keberagaman dalam masyarakat adalah sebuah kodrat yang ada dalam kehidupan sosial. Bagaimana menyikapinya? Kita harus mencoba bertoleransi dalam kebaragaman tersebut. Dengan itu, kita akan menjadi terbuka dan menyelesaikan masalah dengan mudah karena memahaminya secara menyeluruh. Semoga kita semua dapat merayakan keberagaman.


Posting Komentar

0 Komentar