Refleksi untuk Tahun Baru 1439

Saat ini, kita sudah memasuki tahun baru Hijriyah 1439. Tahun baru Hijriah menandakan kehidupan baru dalam dunia Islam. Yah, memanng tak terasa, baru tahun lalu kita melewati tahun 1438 dengan segala memori dan fenomena. Sekarang, telah tiba saatnya untuk membuka lembaran baru di tahun yang baru ini.

Penanggalan tahun baru Hijriyah ini bermula di zaman kekhalifahan Umar bin Khattab ra. Akar masalah penanggalan Hijriah di masa itu adalah surat gubernur Basrah Abu Musa Al-'Asyari membalas surat kepada Khalifah Umar ra. Abu Musa membuka surat tersebut dengan "Menjawab surat dari tuan yang tidak bertanggal". Hal ini tentu membuat khalifah bingung. Beliau baru menyadari bahwa penanggalan penting. Beliau pun mengajak para sahabat untuk bermusyawarah. Mereka bermusyawarah untuk menentukan awal penanggalan kalender Islam. Dalam musyawarah ada yang mengusulkan penanggalan Islam dimulai dari waktu diutusnya Rasulullah saw. Ada juga yang mebgusulkan agar dimulai dari kelahiran Rasulullah, dan ada juga yang mengatakan agar disesuaikan dengan kalender Masehi. Para sahabat puns sepakat tanggal Hijriah ditetapkan dari awal hijrah Rasulullah saw. ke Madinah. Para sahabat bersandar pada firman Allah swt. dalam surat At-taubah ayat 108 yang berbunyi:
لَمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى التَّقْوَىٰ مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ أَحَقُّ أَنْ تَقُومَ فِيه
Artinya: Sungguh, masjid yang dibangun atas dasar takwa (masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya.
Kata hari pertama di sini diartikan juga berarti hari pertama kebangkitan Islam, yang mana Rasulullah dapat beribadah dengan tenang, dan mampu mendirikan masjid Quba. Demikianlah yang dijelaskan oleh Abu Hajar Al-Asqalani dalam Fathul Bari.

Tahun baru berarti kita sudah berganti dari masa lampau ke masa depan. tahun baru Hijriah tidak hanya berarti pergantian masa, namun juga perubahan kondisi kepada yang lebih baik. Hijrah dari yang dulu malas-malasan shalat menjadi lebih rajin salat. Dari bermaksiat menuju taat kepada ALlah. Semua itulah yang merupakan esensi dari hijrah.

Dalam masyarakat Muslim khususnya di Indonesia, tahun lalu adalah tahun penuh peristiwa. Tahun lalu, umat Islam Indonesia mengalami berbagai macam kejadian baik yang semuanya menguji keimanan kita. Agama Islam pernah dinistakan oleh Gubernur DKI non-aktif, Ahok yang membuat umat Islam berang. Sebagai reaksinya, umat Islam melakukan Aksi Bela Islam berjilid-jilid. Mulai dari aksi 13 Oktober (kalau tidak salah), 411, 212, hingga berbagai aksi dilakukan. Pelaku di Jakarta, aksinya bisa sampai ke daerah bahkan ke luar negeri. Semua dengan satu tujuan: adili Ahok. Ahok pun diadili setelah mendapatkan berbagai tekanan. Setelah diadili, muncullah Ahok-Ahok lainnya yang sama-sama menghina agama Islam. Saya tak perlu menyebutkannnya satu per satu. Selain panjang, tentu akan banyak yang berdebat.

Dari berbagai aksi inilah, umat Islam mulai menghimpun kekuatan. Dari bidang ekonomi, umat islam mulai membangun dan mengembangkan unit-unit usaha dari umat, oleh umat, dan untuk umat seperti membangun 212 Mart dan berbagai unit usaha lainnya. Dalam bidang keislaman, umat mulai banyak mengadakan kajian-kajian demi meningkatkan keimanan dan keilmuan Islam, meskipun beberapa di antaranya dibubarkan dengan berbagai dalih. Dalam media, banyak media-media umat Islam berjamuran dan lahir pula Muslim Cyber Army (MCA). Di bidang politik, umat Islam mulai menyerukanuntuk memilih pemimpin muslim. Seruan ini berkaca pada kasus penistaan agama oleh Ahok tentunya.  Seruan ini, selain sebagai implementasi ajaran Islam, juga untuk mencapai keadilan.

Belum lagi kasus First Travel. Penipuan yang dilakukan oleh kedua pendirinya itu telah merugikan ratusan ribu jamaah. Dengan promo murah, mereka mempromosikan jasa umrah murah. Dengan itu, mereka akan menambah pemasukan. Setelah itu, ke manakah uang-uang yang diserahkan? Tidak ada yang tahu. Tapi, jika dilihat secara kasat mata, kita bisa menilai bahwa uang jamaah digunakan untuk bisnis lain. Seharusnya, dana tersebut digunakan untuk kepentingan umrah, bukan yang lain.

Itu semua cerita kita di tahun lalu. Tahun ini, kita akan banyak menghadapi berbagai tantangan dan ujian kembali. Umat Islam akan menghadapi lagi tahun politik. Musuh-musuh Islam tak lagi bersembunyi, mereka mulai berani menampakkan diri di depan umum. Belum lagi banyak masalah yang ada di dalam masyarakat, seperti narkoba, kenakalan remaja, dan problem lainnya. Sebagai masyarakat Muslim, tentunya kita tidak bisa berlepas dari problem-problem tersebut

Tahun baru Hijriah hendaknya kita jadikan momentum untuk memperbaharui diri. Kita harus sama-sama menyadari bahwa Islam harus tetap kita jaga sebagai pedoman hidup. Apapun keadaannya, kita harus istiqomah dalam berislam. Tidak hanya dalam ibadah, kita harus selalu menjadikan Islam sebagai prinsip dalam kehidupan kita. Sejak bangun sampai kita tidur lagi, Islam akan selalu menjadi identitas kita.

Di tahun ini, semoga kita selalu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt. Semoga kita mampu hijrah kepada yang lebih baik dari tahun lalu. Sebagai masyarakat Muslim, semoga kita dapat memperkuat barisan dan menegakkan kebenaran. Amin