Rohingya Memanggilmu, Aksi Nyata Mahasiswa UNIDA Gontor untuk Membela Rohingya



Kejahatan kemanusiaan yang terjadi di Rakhine, timur laut Myanmar kepada etnis minoritas Rohingya telah menjadi sorotan dunia. Setelah beberapa tahun vakum, akhir-akhir ini kasus ini mencuat kembali. Kejahatan yang dilakukan oleh militer beserta oknum ekstremis Buddha (saya sebut oknum karena saya yakin tak semua umat Buddha sepakat dengannya) telah mengobok-obok emosi masyarakat dunia. Ada yang mengecam keras, ada yang mencibir sana-sini, bahkan ada yang mengancam akan mengusir duta besar atau diplomat Myanmar dari negaranya. Masyarakat Indonesia sendiri melakukan berbagai gerakan untuk membela kaum Rohingya. Mulai dari doa bersama, demonstrasi di jalan, hingga menyumbangkan bantuan-bantuan.

Sebagai mahasiswa muslim, kami, mahasiswa UNIDA Gontor, tidak akan mau menutup mata akan hal ini. Kami turut melakukan aksi solidaritas untuk Rohingya selama satu hari penuh yakni pada hari Rabu, 6 September 2017. Acara bertajuk "Rohingya Memanggilmu" ini berlangsung dalam tiga rangkaian agenda, yakni: gerakan shalat Subuh berjamaaah dan doa bersama, Kajian Sejarah dan aksi teatrikal, dan penggalangan dana.

Agenda ini dimulai dengan agenda Gerakan Subuh berjamaah di Masjid Jami' UNIDA Gontor . Tidak hanya sholat subuh berjamaah, mendoakan muslimin Rohingya juga dilakukan setiap sholat berjamaah di masjid. Doa bersama bisa dilakukan dalam bentuk doa Qunut Nazilah dan doa setalah shalat. Doa merupakan inti dari ibadah dan juga senjata orang-orang yang beriman. Keyakinan inilah yang menguatkan kita untuk selalu mendoakan masyarakat Rohingya yang tertindas.

DEMA juga mengadakan penggalangan dana selama empat hari. Penggalangan dana dimulai sejak Rabu hingga Sabtu, 9 September 2017. DEMA menggalang dana dengan membuka stand  di Gedung Utama yang merupakan gedung perkuliahan dan perkantoran di UNIDA Gontor. Di tengah-tengah penggalangan dana, DEMA juga menayangkan beberapa video tentang sejarah dan konflik Rohingya. Dengan stand di tempat strategis dan penayangan video, diharapkan mampu menarik pengunjung, membuat suasana semakin ramai, dan menambah daya tarik semua yang berkunjung untuk mendonasikan uangnya untuk Rohingya.

Malam harinya merupakan puncak acara ini. DEMA mengadakan kajian sejarah penindasan Rohingya di Auditorium Gedung Utama UNIDA Gontor. Kajian sejarah Rohingya diisi oleh Al-Ustadz Khoirul Umam, M.Ec., dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Acara ini bertujuan untuk meningkatkan rasa kepedulian mahasiswa terhadap kekerasan terhadap Muslimin Rohingya dan memupuk rasa kekeluargaan mahasiswa. Acara dimulai dengan teatrikalisasi puisi oleh Tim Ilustrasi (TI), kelompok teater UNIDA Gontor. Mereka menggambarkan bagaimana umat Islam di sana menerima berbagai cobaan berupa kekerasan fisik, diskriminasi, dan pengusiran. Teman-teman TI juga sukses memperagakan bagaimana umat Budha di sana memperlakukan orang Rohingya tanpa hati. Di akhir penampilannya, TI mengajak kita, seluruh mahasiswa UNIDA Gontor, untuk bersatu, peduli terhadap etnis Rohingya, dan mendukung serta mendoakan mereka.
Ust. Khoirul Umam mengisi kajian sejarah konflik Rohingya
Setelah penampilan, Ust. Umam memulai kajian. Beliau mampu membakar semangat para audiens dengan pidatonya yang berapi-api. Lewat pidatonya tersebut, beliau mewasiatkan kami untuk meningkatkan ketaqwaan dan kepedulian kita terhadap sesama.

Ust. Umam mengawali pidatonya. Beliau berkata, "Cerita ini bukanlah cerita tahun ini atau tahun lalu. Tapi, ini adalah cerita lama, bertahun-tahun lalu." Kekerasan terhadap Rohingya memang sudah menjadi cerita lama. Saat ini, dengan adanya media massa ditambah dengan media sosial dan media online, apapun akan tersiar dengan cepat, mempengaruhi opini publik, dan mengaduk emosi para konsumennya. Saat ini, miris rasanya kita menyaksikan keadaan saudara kita Muslim Rohingya. Bayangkan ketika media massa masih terbatas, bagaimana orang tua kita tahu nasib orang-orang Rohingya sana?


Selanjutnya beliau menjelaskan tentang kemodernan. Sejarah kemodernan dimulai sejak abad pencerahan (renaissance). Kemodernan dimulai dengan berpisahnya doktrin gereja dari peradaban Barat. Namun, menurut beliau, kemodernan inilah titik awal dari penjajahan. Kita lihat, setelah masa ini, banyak negara-negara Barat yang menjajah negara-negara di Asia dan Afrika termasuk Indonesia. Maka, cerita kemodernan adalah cerita penjajahan. Penjajahan inilah yang menimbulkan berbagai konflik dan peperangan. Padahal, Islam melarang peperangan kecuali untuk membela diri jika diperangi.

Tak lupa, beliau justru memuji nilai-nilai spiritual agama Budha. Agama Budha menurut ustadz Umam adalah agama yang berkembang pesat selain Islam. Mengapa? Orang-orang Barat penuh dengan materialisme dan rasionalisme. Akibatnya, mereka hampa akan nilai spiritual. Orang-orang Barat pun memilih untuk berpindah keyakinan ke agama Buddha karena mereka mencari spiritualitas yang selama ini mereka abaikan. Menjadi seorang Buddha pun menurut beliau sama dengan mejadi orang yang tenang. 

Tidak hanya agama Buddha secara umum, beliau juga memuji nilai spiritual Myanmar. Agama Buddha yang telah mengakar turut mempengaruhi ideologi negara tersebut meskipun Myanmar bukan negara agama Buddha. Di saat Barat berkoar-koar dengan indeks GDP, Myanmar dengan bangga mempromosikan indeks kebahagiaan versi mereka. Tentunya indeks kebahagiaan didasarkan pada nilai-nilai agama Buddha. Jadi, dengan nilai-nilai spiritualitas yang ada dalam agama Buddha, mana mungkin umat Buddha akan melakukan penindasan?

Kekerasan terhadap umat Muslim Rohingya dilakukan dengan dalih kewarganegaraan. Orang-orang Rohingya aslinya adalah bangsa keturunan Bangladesh. Mereka dianggap imigran ilegal selama penjajahan Inggris. Myanmar (yang sebelumnya bernama Burma) tidak pernah lepas dari pemberontakan dan kudeta. Kaum Rohingya pun pernah melakukan perlawanan terhadap pmerintahan pendudukan Inggris waktu itu sehingga mereka melarikan diri ke Pakistan. Karena pernah melawan pemerintah dan kabur, pemerintah Myanmar menganggap Rohingya sebagai etnis asing. Orang-orang Rohingya banyak dicopot dari kepegawaian.

Saat ini, kira-kira lebih dari 1000 orang terbunuh. Bahkan, jumlahnya bisa lebih dari itu. Di luar itu, 300000 orang mengungsi di Cox's Bazaar, perbatasan Myanmar-Bangaldesh. Mereka hidup dalam kondisi memprihatinkan. Akses untuk pengungsi sangatlah minim. 

Beliau pun menutup kajian dengan kalimat penutup yang mengetuk hati seluruh hadirin untuk peduli nasib Muslimin Rohingya. “Rohingya adalah cermin, cermin dimana tingkat kepedulian kita. Kalau kepedulian kita berupa tindakan, gerakan-gerakan yang nyata, maka ditanggapi itulah iman yang kuat , kalau tidak bisa dengan tindakan minimal dengan lisan, kita omongkan kalau sekarang dengan bentuk tulisan. Maka tulislah, kalaupun nulis tidak berani, ngomong tidak berani minimal hati kita perduli dan apa kata Rosulullah itu adalah selemah lemahnya iman. Kalau sama sekali tidak perduli, terketuk saja tidak, semua orang menangis peduli saja tidak apakah kita masih disebut mu’min? Apakah kita masih dikategorikan orang-orang yang beriman? Karena hati itu ad’aful Iman berarti dibawahnya kita tidak ada keimanan naudzubillah!” Seru beliau menggebu-gebu menutup kajian ini.

Setelah acara ini, penggalangan dana untuk Rohingya masih berlanjut hingga Sabtu, 9 September 2017 bertepatan dengan Ujian Tengah Semester. Alhamdulillah, dana yang terhimpun hingga hari terakhir mencapai Rp. 18.524.400,00. Dana ini akan kami sumbangkan melalui rekening Aksi Cepat Tanggap (ACT). ACT sendiri telah bekerjasama dengan UNIDA Gontor dalam berbagai program kemasyarakatan salah satunya pengadaan hewan Qurban dalam hari raya Idul Adha.


Semoga dengan gerakan ini, hati kita semua terketuk untuk peduli terhadap masyarakat Rohingya. Sebagai sesama muslim, seharusnya kita tidak mengacuhkan mereka. Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, "Siapa yang membantu menyelesaikan kesulitan seorang mukmin dari sebuah kesulitan di antara berbagai kesulitan-kesulitan dunia, niscaya Allah akan memudahkan salah satu kesulitan di antara berbagai kesulitannya pada hari kiamat.....dst." (Diriwayatkan oleh  Muslim No. 2699, At Tirmidzi No. 1425, Abu Daud No. 1455, 4946, Ibnu Majah No. 225, Ahmad No. 7427, Al Baihaqi No. 1695, 11250, Ibnu ‘Asakir No. 696, Al Baghawi No. 130, Ibnu Hibban No. 84). Jika kita membantu urusan Mukmin meskipun sedikit, In sya Allah, Allah akan memudahkan urusan kita di akhirat kelak.