Meluruskan Pemikiran, Bukan Mengadukannya

"Rambut boleh sama hitam, pendapat orang berlainan"

 Perbedaan adalah salah satu sunnatullah yang pasti ada. Perbedaan tidak bisa dinafikkan dari kehidupan kita. tak ada seseorang pun yang sama persis dengan orang lain meskipun dengan saudara kandungnya sendiri. Apabila perbedaan ini tidak ada, maka hidup ini akan sangat membosankan dan stagnan tanpa dinamika karena manusia hanya merasakan hal yang itu-itu saja. Perbedaan pasti terjadi di semua bidang kehidupan. Jelas, wajahmu berbeda dengan wajahku. Kamu ganteng, saya lebih ganteng (maaf narsis dikit). Kita diciptakan laki-laki dan perempuan, bersuku-suku dan berbangsa-bangsa. Kita juga akan berbeda pendapat mengenai satu hal. Anda setuju, belum tentu saya setuju.

 Pendapat pun jelas berbeda. Seperti yang saya katakan sebelumnya, kita belum tentu sepakat terhadap satu pendapat. Anda setuju, saya belum tentu. Kalau pun setuju, pasti kita punya pendapat berlainan. Anda mengatakan harusnya begini, namun saya mengatakan seharusnya begitu. Sebagai contoh, kita sepakat bahwa merokok tidak pantas. Tapi, apakah kita akan sepakat akan hukumnya? Anda mungkin mengatakan itu makruh, namun saya akan mengatakan itu haram. Kemudian, bagaimana mengatasi masalah rokok? Anda mungkin mengatakan merokoklah di luar kamar. Namun, saya akan mengatakan tidak boleh ada yang merokok secara mutlak. Begitulah perbedaan yang akhirnya melahirkan dialektika.

Perbedaan pandapat menimbulkan perang pemikiran. Perang pemikiran akan selalu terjadi karena pemikiran seseorang tentang suatu hal akan selalu tak sama. Begitulah perang pemikiran yang harusnya selalu dinamis. Perbedaan pendapat dan perang pemikiran akan timbul saat diskusi dan debat.

Dalam berdiskusi, pasti akan ada perbedaan pendapat di antara kita. Anda mungkin tidak setuju dengan kawan diskusi anda lebih-lebih lawan debat anda. Perbedaan pendapat itu mungkin kepada hal-hal kecil sampai hal yang lebih besar, mulai dari pendapat sampai cara berpikir. Saya sendiri kadang berbeda pendapat dengan teman sekelas tentang berbagai masalah, seperti peran mahasiswa semester 7 dalam HMP dan sebagainya.

Perbedaan pendapat dalam berdiskusi adalah hal wajar. Kita tentunya ingin menyatakan ketidaksetujuan kita. Bagaimana caranya?


Kita harus bisa menyanggah pendapat orang secara santun dan beretika. Di samping logika, etika berdiskusi juga penting karena etika menunjukkan jati diri. Jika anda tidak sepakat dengan ide seseorang, ungkapkan dengan sanggahan dan kritik! Jika ada hal yang perlu diluruskan, kita harus meluruskannya. Bukankah kebenaran harus disuarakan? Ya, tapi dengan pendapat.

Perbedaan pendapat tidak bisa disuarakan dengan laporan dan aduan. Sangat sia-sia jika perbedaan pemikiran dibalas dengan laporan. Aduan anda adalah perbuatan tidak jantan. Pendapat harus dibalas pendapat, bukan dengan laporan. Itu sama seperti anak kecil yang mengadu ke orang tuanya karena diejek temannya. Selain itu, pemikiran adalah ranah yang tidak akan bisa dilaporkan. Pemikiran sudah terpatri dalam diri seseorang dan sulit dilepaskan darinya dengan jalan apapun. PKI memang sudah bubar, namun komunisme sulit dienyahkan kecuali dengan berbagai kritikan terhadapnya.

Satu lagi, di dalam forum diskusi atau debat, dia boleh jadi lawan kita. Tapi, di luar forum, dia adalah teman kita. Begitulah adanya ketika kita menghadapi perbedaan pemikiran. Tanpa perang pemikiran, dunia akan statis tanpa dinamika kehidupan.