Aksi bela Islam di kantor Bareskrim Jumat, 16/10/16 |
Konflik dapat
berdampak negatif karena dapat memperkeruh tatanan sosial. Konflik dapat pula
menguras pengeluaran negara dan menyebabkan kerugian material dan non-material.
Namun, konflik juga berdampak positif bagi suatu masyarakat atau kelompok.
Konflik dapat meningkatkan konsolidasi antar pihak yang berkonflik.
Masing-masing pihak akan menganggap lawan yang akan mereka hadapi adalah musuh
mereka. kemudian, mereka bersiap-siap menghadapi musuhnya dengan berbagai
persiapan.
Saat ini, umat Islam
Indonesia sedang on fire apalagi menyambut acara akbar esok hari. Aksi
massa akan mereka lancarkan untuk membela Islam. Islam yang saat ini meghadapi
konflik keras dengan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang menghina Islam melalui
perkataannya. Inilah yang menjadi pemicu konflik antara dia dan umat. Umat menuntut proses hukum yang sesuai dengan perbuatannya. Aksi
ini adalah aksi untuk membela Islam, bukan agenda politik apalagi sentimen
etnis, begitulah yang disampaikan oleh Habib Rizieq. Memang, pernyataan Ahok
yang mengatakan bahwa masyarakat jangan mau dibohongi pakai surat Al-Maidah
ayat 51 telah membuat geram umat Islam. Bukan
hanya Jakarta, masyarakat muslim
di daerah-daerah pun ikut tersulut. Karena perkataan seorang di Jakarta, satu
Indonesia tak terima (baca juga: Jagalah Lidahmu!
Umat Islam dari Indonesia Timur pun berangkat ke Jakarta untuk aksi bela Islam |
) Maka, aksi bela Islam
pun meluas hingga ke kota-kota di luar Jawa. Mulai dari masyarakat Medan,
Padang, Bandung sampai Makassar, semua turn ke jalan menuntut Ahok diproses
secara hukum. Sudah dua hari Jumat sejak Ahok mengeluarkan pernyataannya, aksi
ini berlangsung.
Saya sendiri
mendukung aksi masa ini, meskipun mohon maaf bila saya tidak turun ke jalan.
Saya percaya bahwa untuk membela Islam, kita dapat melakukan banyak hal
termasuk menuntut ilmu yang bermanfaat. Saya mendukung aksi ini bukan hanya
karena statement Ahok sudah membakar emosi umat, namun juga agenda bela
Islam adalah momen yang tepat untuk mempersatukan umat Islam yang sering diadu
domba.
Saya pribadi jengkel
ketika umat Islam mudah termakan hasutan yang banyak menyebar di media sosial.
Gara-gara tahlilan, kaum muslim sering jambak-jambakan. Gara-gara jenggot, umat
mudah sekali beradu otot. Karena beda waktu Idul Fitri, adu mulut sering terjadi.
Saat ini, kaum muslimin mulai menyatukan kekuatan menghadapi aksi massa
menuntut keadilan hukum dan penegakan syiar Islam.
Suara-suara miring
yang mengajak untuk menarik dukungan pun tidak mereka hiraukan. Suara-suara
tersebut berasal dari golongan liberal yang mengaku Islam tapi ingin
menggerogoti Islam. Siapapun dia, tak ada yang menghalangi umat Islam untuk
beraksi. Tokoh-tokoh JIL atau apalah istilahnya, menurut mereka seakan angin
lalu. Toh, umat Islam sekarang sudah paham siapa yang benar-benar Islam siapa
bukan. Yang penting, mereka yang mengikuti aksi tetap gigih mempertahankan
keinginan untuk memproses Ahok secara hukum dan diperlakukan adil.
Semoga bukan kali
ini saja umat Islam dapat bersatu menegakkan Islam. Tak usah menunggu 4
November, setiap saat adalah saat membela Islam. CEO Suara Muslim Surabaya,
Irwitono, berseru lantang, “Allah memang tidak perlu dibela, tapi kita akan
dipertanggungjawabkan di akhirat atas apa yang kita lakukan untuk Islam.”
Hari-hari kita adalah hari untuk membela Islam. Terakhir, semoga umat Islam
dapat istiqomah dan tetap bersatu menegakkan kalimatillah.
Wallahu a’lam bisshawab.
0 Komentar