Aksi Bela Islam 4 November yang Menyatukan Ummat

Aksi bela Islam di kantor Bareskrim Jumat, 16/10/16
Konflik dapat berdampak negatif karena dapat memperkeruh tatanan sosial. Konflik dapat pula menguras pengeluaran negara dan menyebabkan kerugian material dan non-material. Namun, konflik juga berdampak positif bagi suatu masyarakat atau kelompok. Konflik dapat meningkatkan konsolidasi antar pihak yang berkonflik. Masing-masing pihak akan menganggap lawan yang akan mereka hadapi adalah musuh mereka. kemudian, mereka bersiap-siap menghadapi musuhnya dengan berbagai persiapan. 

Saat ini, umat Islam Indonesia sedang on fire apalagi menyambut acara akbar esok hari. Aksi massa akan mereka lancarkan untuk membela Islam. Islam yang saat ini meghadapi konflik keras dengan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang menghina Islam melalui perkataannya. Inilah yang menjadi pemicu konflik antara dia dan umat. Umat menuntut proses hukum yang sesuai dengan perbuatannya. Aksi ini adalah aksi untuk membela Islam, bukan agenda politik apalagi sentimen etnis, begitulah yang disampaikan oleh Habib Rizieq. Memang, pernyataan Ahok yang mengatakan bahwa masyarakat jangan mau dibohongi pakai surat Al-Maidah ayat 51 telah membuat geram umat Islam. Bukan
Umat Islam dari Indonesia Timur pun berangkat ke Jakarta untuk aksi bela Islam
hanya Jakarta, masyarakat muslim di daerah-daerah pun ikut tersulut. Karena perkataan seorang di Jakarta, satu Indonesia tak terima (baca juga: Jagalah Lidahmu!
) Maka, aksi bela Islam pun meluas hingga ke kota-kota di luar Jawa. Mulai dari masyarakat Medan, Padang, Bandung sampai Makassar, semua turn ke jalan menuntut Ahok diproses secara hukum. Sudah dua hari Jumat sejak Ahok mengeluarkan pernyataannya, aksi ini berlangsung.
Saya sendiri mendukung aksi masa ini, meskipun mohon maaf bila saya tidak turun ke jalan. Saya percaya bahwa untuk membela Islam, kita dapat melakukan banyak hal termasuk menuntut ilmu yang bermanfaat. Saya mendukung aksi ini bukan hanya karena statement Ahok sudah membakar emosi umat, namun juga agenda bela Islam adalah momen yang tepat untuk mempersatukan umat Islam yang sering diadu domba.
Saya pribadi jengkel ketika umat Islam mudah termakan hasutan yang banyak menyebar di media sosial. Gara-gara tahlilan, kaum muslim sering jambak-jambakan. Gara-gara jenggot, umat mudah sekali beradu otot. Karena beda waktu Idul Fitri, adu mulut sering terjadi. Saat ini, kaum muslimin mulai menyatukan kekuatan menghadapi aksi massa menuntut keadilan hukum dan penegakan syiar Islam.
Suara-suara miring yang mengajak untuk menarik dukungan pun tidak mereka hiraukan. Suara-suara tersebut berasal dari golongan liberal yang mengaku Islam tapi ingin menggerogoti Islam. Siapapun dia, tak ada yang menghalangi umat Islam untuk beraksi. Tokoh-tokoh JIL atau apalah istilahnya, menurut mereka seakan angin lalu. Toh, umat Islam sekarang sudah paham siapa yang benar-benar Islam siapa bukan. Yang penting, mereka yang mengikuti aksi tetap gigih mempertahankan keinginan untuk memproses Ahok secara hukum dan diperlakukan adil.
Semoga bukan kali ini saja umat Islam dapat bersatu menegakkan Islam. Tak usah menunggu 4 November, setiap saat adalah saat membela Islam. CEO Suara Muslim Surabaya, Irwitono, berseru lantang, “Allah memang tidak perlu dibela, tapi kita akan dipertanggungjawabkan di akhirat atas apa yang kita lakukan untuk Islam.” Hari-hari kita adalah hari untuk membela Islam. Terakhir, semoga umat Islam dapat istiqomah dan tetap bersatu menegakkan kalimatillah.
Wallahu a’lam bisshawab.


Posting Komentar

0 Komentar