Di tengah-tengah ributnya
demokrasi Indonesia saat ini apalagi di kala gembar-gembornya kompetisi menuju
DKI-1, ada sebuah masyarakat kecil di negeri antah berantah yang mencoba untuk
memanifestasikan apa yang selama ini mereka kaji. Masyarakat ini hanyalah
sekumpulan orang-orang yang tengah mencari
ilmu dalam sebuah kampung kecil nan damai. Meskipun hanyalah masyarakat
kecil, visi dan mimpi mereka sudah melangkah jauh ke depan untuk mendobrak sistem
yang menghegemoni dunia ini.
Masyarakat tersebut adalah
sekumpulan mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Darussalam Gontor yang
terhimpun dalam Himpunan Mahsiswa Prodi Ilmu Hubungan Internasional UNIDA
Gontor (HMP-HIU). Para mahasiswa HI UNIDA Gontor pada hari Kamis lalu melaksanakan musyawarah pemilihan
ketua HMP-HIU. Dua hari berselang, HMP-HIU mengadakan Musyawarah Besar HMP-HIU
II. Rangkaian agenda ini ditutup dengan serah terima amanat (ingat,
amanat.....bukan jabatan!!) kepada pengurus baru. Hari itu adalah hari
bersejarah karena untuk pertama kalinya HMP-HIU mengadakan suksesi (pergantian
pengurus) setelah saya dan teman-teman pengurus HMP-HIU perdana mengemban
amanah sejak 2014 hingga kemarin. Terhitung sudah dua tahun kami berbakti untuk
kemajuan HI UNIDA Gontor. Maklum, perjuangan kami saat itu adalah membangun
HMP-HIU maka butuh waktu dua tahun agar HMP-HIU bisa stabil setidaknya sebagai
HMP baru di UNIDA Gontor.
Agenda pertama adalah memilih pemimpin. Pemilihan pemimpin
pun tak seperti pemilihan pada umumnya yang menggaungkan kebebasan dan
demokrasi. Tidak ada kampanye, tidak ada koalisi apalagi kericuhan karena
ketimpangan suara atau kecurangan. Semua prosesi dilaksanakan dengan tenang dan
aman. Sebelum diadakan pemilihan ketua, kami telah bermusyawarah untuk
menentukan ketua baru beberapa hari sebelumnya. Proses perembukan ini berlanjut
bersama dosen. Bersama dosen dan para perwakilan tiap kelas, kami kembali
mendiskusikan siapakah yang pantas menjadi ketua. Dalam sesi diskusi ini, calon
ketua ditambah dua orang dari rekan-rekan seangkatan mereka yakni dari
mahasiswa semester 3. Total ada tujuh orang calon saat itu. Dari seleksi yang
dilakukan bersama dosen, terpilihlah 5 orang calon untuk diajukan dalam musyawarah pemilihan ketua bersama seluruh anggota Keluarga Besar HI UNIDA Gontor.
Siapa yang memilih? Para
pemilih adalah mereka yang dianggap representasi dari keluarga besar HI UNIDA
Gontor yakni para pengurus HMP-HIU dan ketua kelas dari setiap angkatan yang
totalnya 3 angkatan (2014, 2015 dan 2016). Para pemilih ini disebut ahl
al-ikhtiyar menurut terminologi Al-Mawardi atau ahl al-syaukah menurut
definisi Ibnu Taimiyah. Apapun gelar yang mereka sandang, mereka berkomitmen
untuk menentukan siapa yang patut mengepalai mereka selama satu tahun ke depan. Saya sendiri lebih suka menyebut mereka ahl-al
ikhtiyar karena sesuai dengan tugasnya yakni memilih ketua. Di luar ahl-al
ikhtiyar, mereka punya hak suara namun tak punya hak pilih. Di dalam musyawarah
ini, kami menjelaskan kriteria-kriteria semua calon pemimpin sehingga layak
untuk dipilih. Setelah itu, kami memilih dua nama sebagai ketua dan wakil
ketua. Ketua HMP-HIU selaku pimpinan sidang pun punya hak suara. Pimpinan sidang
mengajukan dua nama kemudian meminta persetujuan ahl-al ikhtiyar. Kami yang
hadir saat itu setuju dengan calon yang diajukan oleh pimpinan sidang melihat
keaktifan keduanya dalam program-program HMP-HIU yakni saudara Dwiki Zenith dan
Arif Ikhsanudin. Akhirnya, terpilihlah Zenith sebagai ketua dan Arif sebagai
wakil ketua HMP-HIU.
Berlanjut ke hari Sabtu, yakni hari
Musyawarah Besar (Mubes) II HMP-HIU. Mubes kali ini meninjau Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga (AD-ART) yang menjadi
konstitusi dasar HMP-HIU. Saya sendiri
yang mendapat tugas notulensi sidang kali ini ditugaskan di posisi yang sama
mengingat amanat yang saya emban sebagai Sekretaris HMP-HIU. Ada beberapa poin
yang berubah dalam Mubes kali ini. Salah satu perubahan penting adalah posisi
Badan Otonom Kampus UNIDA Putri yang baru saja berdiri tahun ini seiring
dibukanya Prodi Ilmu HI di kampus UNIDA Gontor Putri, Mantingan. Sebagai pengetahuan,
kampus UNIDA untuk mahasiswi terletak di Mantingan, Ngawi dan termasuk dalam
komplek Pondok Modern Darussalam Gontor Kampus Putri 1. Sidang ditutup dengan
pembacaan surat keputusan amandemen AD-ART HMP-HIU.
Rizal Adlan selaku Ketua HMP-HIU 2014-2016 memimpin Mubes HMP-HIU |
Dari program suksesi ini, kami ingin menunjukkan bahwa sistem syura yang Islami masih dapat dilaksanakan. Musyawarah mufakat harus kembali ditegakkan karena musyawarah akan melahirkan hasil terbaik untuk kepentingan masyarakat. Melalui musyawarah, kesepakatan bersama dapat dicapai sehingga timbullah keharmonisan antar sesama. Di lain pihak, sistem demokrasi memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk memilih dan dipilih. Yang dipilih pun dapat sembarang orang asal mendapat suara terbanyak. Dengan ini, dia yang terpilih pun belum tentu teruji kapasitasnya. Selain itu, akan ada kebijakan-kebijakan yang hanya mementingkan satu pihak tanpa yang lain sebagai "balas budi" bagi yang memilihnya. Dengan pemilihan secara musyawarah ini, saya yakin ketua baru HMP-HIU memiliki kapabilitas sebagai pemimpin dan mampu memimpin dengan adil.
Semoga dengan adanya suksesi ini HMP-HIU
dapat selalu langgeng dan berkembang. Kami juga berharap agar pengurus baru
dapat melaksanakan amanat dengan sungguh-sungguh. Selamat berjuang, kawan!
Allah selalu membantu kalian dalam mengemban amanah ini.
0 Komentar