Masyarakat Indonesia dikenal dengan karakter mereka yang mulia. Keramahan,
gotong royong, dan ketekunan rakyat Indonesia-lah yang membuat semua mata dunia
tertuju kepada negara kepulauan ini. Sumber daya alam yang melimpah ditambah
dengan panorama menakjubkan mendukung daya tarik Indonesia. Banyak pelancong
dari seluruh dunia penasaran akan keindahannya. Mereka pun berbondong-bondong
ke Indonesia untuk menyaksikan langsung alam dan masyarakatnya. Maka tak salah
jika Indonesia dilabeli tanah surga, di mana tongkat kayu dan batu pun jadi
tanaman.
Namun, semua keindahan di atas hanya cerita masa lalu. Globalisasi yang
memboncengi westernisasi telah merubah pola pikir dan tingkah laku mereka. Dengan strategi 4 F (Food, Fasion, Fun, Finance), Barat
telah menanamkan nilai-nilai kehidupan yang sama sekali berseberangan dengan
identitas masyarakat. Muda-mudi menjual aurat dan rasa malu mereka demi sebuah
eksistensi. Di media sosial pun sering kita temukan hal-hal tabu yang sudah
menjadi konsumsi publik. Media sosial seperti Facebook dipenuhi dengan
kata-kata kotor yang mana akan diingat oleh anak-anak jika mereka mengaksesnya.
Perilaku menyimpang remaja saat ini harus segera dibendung |
Budaya Barat yang masuk ke negara ini berakibat fatal bagi kehidupan pemuda
saat ini. Degradasi moral remaja tidak hanya
merasuki warga kota, namun sudah merambah ke desa-desa. Penghormatan terhadap
guru mungkin hanya dibicarakan di kelas-kelas tanpa ada praktik nyata. Murid
pun sekarang berani melawan guru. Dicubit sedikit, mereka langsung mengadu ke
orang tua kemudian melaporkan gurunya ke kepolisian dengan dalih pelanggaran
HAM.
Pemuda yang merupakan tonggak masa depan bangsa menanggung amanat yang
besar di masing-masing pundaknya. Tanggung jawab besar ini untuk membawa negara
menuju masa depan lebih cerah. Pemuda harus menjadi motor penggerak masyarakat.
Dikatakan dalam suatu pepatah Arab:
إنّ في يد الشبّان أمرَ الأُمّة
وفي إقدامها حياتها
Artinya:
Sesungguhnya perkara ummat ada di tangan pemuda dan kehidupan umat ada dalam
keberanian mereka.
Apa yang harus kita lakukan?
Sebagai pemuda Indonesia, terlebih sebagai Muslim, kita bertanggungjawab
atas masa depan ummat Islam. Baik buruk ummat tergantung pergerakan kita saat
ini dan esok hari. Siapapun kita saat ini, kita berkewajiban membina ummat
dengan cara apapun. Dengan pendidikan, politik, bisnis atau cara apapun sah-sah
saja, asalkan mampu membawa ummat menuju kebaikan. Di kampung terpencil
sekalipun, kita harus tetap memberdayakan mereka. Mereka yang tidak duduk di
kursi kekuasaan dan hanya mengajar di surau kecil pun dapat menjadi orang
sukses. Selain membina ummat, kita harus mengingat sejarah dan berpegang teguh
kepada ajaran Allah agar mampu mengembalikan kejayaan Indonesia.
Pendidikan Islam diharapkan dapat merekonstruksi identitas bangsa |
Sejarah haruslah selalu kita ingat sebagai pelajaran untuk membangun masa
depan. Selalu teringat pesan Bapak Bangsa Ir. Sukarno, “Jangan sekali-kali
melupakan sejarah”. Memang benar, apapun yang terjadi di masa lalu, kita tidak
boleh menutup mata akan semuanya. Kejayaan Islam dan kerajaan-kerajaan
Nusantara dapat pelajari sebagai panutan dan kemundurannya kita petik hikmahnya
sebagai evaluasi agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. K.H Ahmad Dahlan di
masa awal pendirian Muhammadiyah pernah berkata, “Islam tidak akan hilang di
dunia, namun bisa saja hilang di Indonesia”. Menurut Buya Hamka, Islam bisa
menghilang dari Indonesia adalah karena para pemudanya tidak lagi memahami
sejarah seperti yang terjadi di Yunani di mana rakyat tak lagi mengamalkan apa
yang diajarkan Plato dan Aristoteles.
Terakhir, kita harus berpegang teguh pada ajaran Islam. Buya Hamka memiliki
harapan kepada para pemuda. Dalam bukunya, Dari Hati ke Hati, beliau
berpesan:
Pengharapan untuk melanjutkan
perjuangan mempertahankan aqidah ini terletak di atas bahu angkatan muda Islam.
Pengalaman pahit yang telah ditempuh di zaman lampau meminta kepada kita tenaga
muda yang bersemangat militan, yang dimotivasi rasa cinta dan fanatik agama
yang telah dipusakai dari nenek moyang sejak datang dari kampung dan desa,
untuk meneruskan perjuangan.
Pemuda Indonesia mampu berjuang selama memegang tiga prinsip: Percaya
kepada Allah swt (tauhid), percaya kepada Rasulullah saw., percaya kepada
risalah-risalah Islam dari nenek moyang terdahulu.
Perjuangan kita lebih dari perjuangan fisik di medan laga. Perjuangan dalam
pendidikan, perang pemikiran melawan isme-isme yang berlawanan adalah salah
satu medan perang saat ini. Westernisasi dan turunannya adalah musuh besar kita
yang harus kita perangi.
Dari tulisan ini kita dapat menyimpulkan bahwa westernisasi yang dibawa
oleh globalisasi telah merusak identitas bangsa Indonesia dan moral pemudanya.
Akibatnya, banyak pemuda yang terpengaruh dan akhlak mereka telah rusak. Kita
sebagai pemuda Muslim bertanggungjawab untuk mengembalikan jati diri bangsa
ini. Dengan belajar dari sejarah dan mengamalkan Islam, kita dapat memandu
ummat untuk meraih masa depan cerah.
Maka marilah mengisi 71 tahun kemerdekaan Indonesia dengan belajar dan kerja nyata untuk mengembalikan identitas bangsa. MERDEKA!!!
0 Komentar