Teknologi informasi
saat ini semakin berkembang dan semakin mewabah dalam kehidupan manusia. Akses informasi
semakin mudah didapat oleh semua kalangan baik anak-anak maupun orang dewasa.
Kabar yang terjadi di luar sana dapat tersiar dengan cepat ke seluruh dunia.
Dahulu, kita membeli radio untuk mendengarkan berita-berita yang terjadi saat
itu. Seiring berkembangnya zaman, kita cukup memiliki sebuah handphone
untuk mengakses semua informasi. Mereka mampu menonton televisi, mendengarkan
radio dan membaca berita di dalam telpon genggam. Kita juga mampu mengirim
pesan dengan cepat kepada siapapun lewat HP kita.
Perkembangan
teknologi informasi mempengaruhi aspek kehidupan manusia. Dahulu kita biasa
menulis surat kepada teman atau untuk menjawab kuis di koran atau majalah.
Sekarang kita hanya perlu menyentuh layar handphone untuk mengabari teman. Akses
informasi pun semakin lancar dengan adanya alat-alat berteknologi mutkhir ini.
Belajar bahasa, agama, atau ilmu lain dapat kita lakukan dengan mudah karena
bisa kita lakukan melalui internet. Opini publik pun semakin terbuka dengan
adanya citizen journalism, blog, atau situs-situs lain.
Akan tetapi,
teknologi yang semakin berkembang memiliki dampak negatif. Teknologi yang tidak diimbangi dengan
pendidikan akan mempengaruhi karakter anak. Anak akan meniru apa yang dia lihat
dan dia dengar. Saat ini, telah banyak kita saksikan anak-anak meniru gaya
hidup di sinetron-sinetron dan film dewasa. Anak-anak yang masih duduk di
sekolah dasar sudah berlagak bak artis. Kita masih ingat dengan foto seorang
anak di bawah umur yang sudah sangat berani tidur dengan lawan jenisnya di satu
ranjang. Terlepas sudah menikah atau belum, foto ini menggegerkan netizen
melihat mereka yang berwajah belia bergaya seperti orang dewasa. Kita sudah
sangat bosan dengan foto-foto anak SD berfoto selfie dengan gaya senonoh. Foto
terbaru adalah foto seorang anak yang mengacungkan jari tengah di hadapan foto
Jendral Sudirman di laman Facebook. Ia mengunggahnya dengan caption “f*ck”.
Meskipun jari tengahnya ditujukan kepada sebuah gambar, Foto tadi membuat kita mengelus dada, prihatin
dengan apa yang mereka perontonkan. Kemana orang tuanya? Bagaimana orang tuanya
mendidiknya? Dikasih makan apaan, sih? Pertanyaan-pertanyaan sedemikian pasti
berkelebat di dalam pikiran kita seakan penasaran apa yang dia dapatkan di
rumah dan sekolah.
Foto seorang remaja mengacungkan jari tengahnya di hadapan poster Jenderal Soedirman yang sempat viral di media sosial Facebook |
Tak hanya dalam
kehidupan individu anak, kehidupan sosial anak akan terpengaruh tayangan
televisi. Pergaulan anak telah terkontaminasi sehingga telah menyimpang dari
usianya. Anak-anak sekarang telah berani menjadikan seks sebagai mainan bagi
mereka. Kita mungkin masih ingat video anak di bawah umur melakukan adegan
dewasa di depan teman-temannya, kemudian anak lain merekan dan mengunggahnya di
media sosial hingga menggemparkan dunia maya. Masyarakat dibuat jengah pula
dengan video atau foto adegan kekerasan yang dilakukan anak-anak usia sekolah
dasar dan menengah. Dari mana mereka mengerti semua ini? Tentunya mereka
mendapatkan semuanya dari apa yng mereka tonton di televisi dan internet.
Mereka pun menonton dan menerima mentah-mentah tanpa penyaringan dan pemilahan;
mana yang patut dan tak patut ditonton. Akibatnya, pergaulan anak-anak
menyimpang dari nilai-nilai baik agama atau sosial.
Kekerasan di lingkungan sekolah, salah satu bentuk pergaulan menyimpang |
Apa yang sebenarnya
mesti kita lakukan? Apa solusi untuk mencegah agar hal semacam ini tidak
terulang lagi? Seluruh elemen harus saling mendukung untuk melindungi anak-anak
dari penyimpangan moral. Orang tua harus mendidik anak dalam rumah, menanamkan
nilai-nilai positif dan mendampingi anak mengakses informasi baik menonton
televisi atau membuka internet. Sekolah harus membina karakter para murid dan menjamin
para muridnya berakhlak mulia. Masyarakat harus menciptakan suasana kondusif
untuk anak-anak agar mereka bisa bermain bersama dengan sepatutnya sehingga
pergaulan mereka terjaga. Dengan adanya kerjasama antara seluruh elemen,
lingkungan masyarakat akan kondusif dan anak terjaga dari pergaulan menyimpang.
Sekolah hendaknya mampu menanamkan akhlak karimah kepada murid-muridnya |
0 Komentar