Gunung Arjuno adalah gunung dengan
ketinggian 3339 mdpl di kabupaten Malang, Jawa Timur. Gunung ini termasuk dalam
gunung bertipe Strato. Gunung Arjuno bersebelahan dengan gunung Welirang maka
tak jarang para pendaki melewati Arjuno untuk sampai ke Welirang atau
sebaliknya. Kawasan gunung Arjuno termasuk dalam kawasan Taman Hutan Raya
(Tahura) R. Soerjo yang dilindungi oleh Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur.
Untuk mencapai puncak Arjuno, para
pendaki dapat melalui beberapa jalur yang ada. Di antaranya adalah jalur Lawang
(arah timur), Tretes (utara), gunung Welirang dan Batu-Cangar (Barat). Namun,
kali ini, saya akan menjelaskan salah satu dari keempat jalur tersebut. jalur
yang akan saya bahas adalah jalur Lawang. Jalur Lawang ternyata banyak dipilih
oleh para pendaki karena jalur ini cukup variatif dibandingkan jalur lain. Di
jalur ini, anda akan menjumpai berbagai macam hamparan alam, dari kebun teh,
hutan pinus, sampai padang sabana. Namun di antara jalur lain, jalur ini juga
merupakan jalur yang amat panjang dan cukup menantang. Oleh sebab itu, anda
memerlukan tenaga ekstra untuk melalui jalur ini.
Pos I: Pos Perijinan
Sebelum pendakian, para pendaki akan
mampir ke pos perijinan untuk mencatatkan identitas rombongan. Selain
identitas, rombongan mengisi surat permohonan ijin mendaki dan membayar karcis
masuk. Setelah pendataan, rombongan akan diberikan briefing dari petugas
pos mengenai jalur-jalur dan aturan yang harus dipenuhi. Terakhir, anda harus
menyiapkan air dari pos ini. Sebab sumber air hanya tersedia di pos ini dan
desa sekitar, kecuali di musim hujan, anda dapat menemukan beberapa sumber air
di beberapa titik.
Pos I-Pos II
Setelah melewati pos perijinan, anda
masih melalui wilayah pedesaan Wonorejo. Beberapa basecamp dan warung
berdiri di pinggiran jalan desa. Jadi, anda masih punya kesempatan untuk
menyiapkan perbekalan. Anda bisa membeli air atau makanan lain di warung-warung
dan bersiap-siap bersama rombongan di basecamp. Apabila mau mengirit
pengeluaran, anda boleh minta air ke penduduk sekitar.
Setelah pedesaan, barulah rute
pendakian dimulai. Rute ini dimulai dari kebun teh yang luas milik PT
Perkebunan Nusantara XII. Jalur pendakian di sini berupa jalan berbatu dan panjang.
Apabila ingin perjalanan lebih cepat, anda bisa memotong jalur lewat
tengah-tengah kebun teh asalkan tetap mengikuti petunjuk arah yang ada. Kalau
beruntung, anda bisa menyaksikan langsung proses pemetikan teh yang sulit
ditemukan di kota. Meskipun panjang, di kebun ini terdapat dua tempat
peristirahatan (brak) sementara pemetik teh yang bisa anda tumpangi sebagai
tempat istirahat.
Kemudian anda akan melewati
perkebunan milik warga sekitar. Warga sini banyak menanam tanaman buah. Dari
kebun buah perjalanan berlanjut ke hutan lebat yang disebut Alas Kaliandra.
Saat musim kemarau, hutan ini berubah menjadi hutan mati yang penuh dengan
pohon-pohon tumbang dan terbakar. Perjalanan dari kebun teh sampai pos II
memakan waktu sekitar 2-3 jam
Begitu tiba di Pos II, para pendaki
bisa melepas lelah setelah perjalanan di pos penjagaan atau dengan mendirikan
tenda di sebelah pos penjagaan. Di pos inilah jalur pendakian bercabang menjadi
dua, jalur sabana dan bukit Lincing.
Dari Pos II ke Pos III dengan
Jalur Bercabang
Jalur pendakian menuju pos III
bercabang menjadi dua jalur: jalur sabana dan bukit Lincing (alternatif). Jalur
pertama adalah padang sabana. Padang rumput yang luas ini disebut juga Oro-oro
Ombo. Anda akan disuguhkan dengan hamparan rumput yang luas dan relatif
datar. Anda bisa ngecamp di sini apabila sudah malam. Namun butuh waktu
sekitar 5 jam melewati wilayah ini.
Padang sabana yyang membentang luas menuju Pos 3 (sumber: pribadi) |
Bukit Lincing merupakan alternatif
menuju pos III. Bukit ini dikenal dengan jalan menanjak dan membentuk zig-zag.
Perjalanan akan lebih singkat lewat bukit Lincing dibandingkan sabana. Meski
lebih singkat, jalur ini tidak direkomendasikan untuk dilewati di musim hujan.
Jalan ini lebih licin dan sulit didaki saat musin hujan berlangsung.
Pertemuan antara kedua jalur tersebut berada di
sebuah tempat yakni pos III yang dikenal juga dengan pos Mahapena. Pos pendakian ini berupa lapangan tanah berundak
yang dikelilingi bebatuan. Tempat ini tidak terlalu luas untuk ngecamp tapi
setidaknya dapat menampung 3-4 tenda untuk beristirahat sejenak.
Perjalanan menuju Pos IV
Jalur pendakian mulai ekstrem
setelah keluar dari pos III. Selepas dari pos III, pendaki akan melewati hutan
pinus yang luas yang dinamai Alas Nggombes. Hati-hati melangkah karena jalur
ini terjal dan menanjak serta jurang di kanan dan kiri kalian. Meski terjal,
pemandangan hutan tetap indah. Apabila menoleh ke belakang/timur, seluruh kota
akan tampak membentang. Menengok ke kanan/utara, terdapat bukit dengan hutan
pinus yang luas dan sayang untuk tidak diabadikan.
Setelah berjalan sekitar 1-2 jam di
hutan pinus, para pendaki akan tiba di Pos IV. Pos ini cocok untuk berkemah
karena lebih luas dari pos-pos sebelumnya. Selain itu, tempat ini telrlindung
pohon-pohon sehingga tidak perlu takut kepanasan.
Hutan pinus luas setelah pos 3 |
Pendakian akan dilanjutkan lewat
hutan yang luas bernama Alas Lalijiwo. Disebut demikian karena hutan ini
benar-benar luas sampai mampu membuat para pendaki lupa diri (lali jiwo) dan
tersesat. Hal ini memang benar terbukti. Saya sendiri hampir saja tersesat
ketika mendaki di jalur ini. Kala itu, jalur menuju puncak tertutup pohon
tumbang sedangkan jalan terbuka malah menunjukkan ke arah yang salah. Mungkin
saja saya akan tersesat jika tidak menerobos reruntuhan pohon dan membaca tanda
berupa jalan yang luas tadi ternyata dipalangi dengan kayu. Keluar dari Alas
Lalijiwo, anda akan menjumpai Alas Cemorosewu yang terdapat di dalamnya pohon
cemara yang lebat. Jalan agak menanjak dari Cemorosewu sampai ke puncak Arjuno
Puncak Arjuno
Perjalanan menuju puncak Arjuno tidaklah mudah, sebab bebatuan
cadas merintangi jalan ini dan jurang di kanan-kiri pendaki. Perlu
kehati-hatian ekstra agar mampu melangkah dengan mantap dan tidak tergelincir.
Perjalanan bertambah sulit lantaran jalan menuju puncak berbelok setelah
Pelawangan dan jurang tetap ada. Waspadai jalan ini, salah langkah anda akan
tergelincir ke jurang.
Jalur menuju Welirang dari puncak Arjuno (sumber: pribadi) |
Setelah perjalanan menegangkan di jalan bebatuan selama 1-2
jam, akhirnya ketemu juga dengan puncak Arjuno. Puncak ini terdiri dari
batu-batu besar sehingga disebut juga puncak ogal-agil. Abadikanlah
momen berharga ini di puncak tersebut. Namun tetaplah hati-hati agar tidak
terjatuh di antara bebatuan. Apabila anda perhatikan, terdapat jalur lain yang
lebih panjang seperti jembatan ke gunung lain. Itulah jalur menuju gunung
Welirang.
0 Komentar