Khutbatu-l Arsy Kedua di UNIDA Gontor sebagai Momentum Pembaharuan Niat


Pekan Perkenalan Khutbatu-l 'Arsy telah dilaksanakan di Universitas Darussalam Gontor pada hari Rabu hingga Kamis 8-9 Agustus 2018 lalu. Khutbatu-l 'Arsy kali ini adalah penyelenggaraan yang kedua setelah yang pertama dilaksanakan tahun 2017 lalu. Khutbatu-l 'Arsy tahun ini dilaksanakan dengan prosesi yang sama dengan tahun lalu atau yang biasa diadakan di Pondok Modern Darussalam Gontor. Apel Tahunan dilaksanakan terlebih dahulu dengan upacara bendera, kemudian dilanjutkan dengan penampilan-penampilan dan diakhiri dengan parade barisan mahasiswa antar program studi. 


Penampilan-penampilan dalam Apel Tahunan mempertunjukkan berbagai atraksi kesenian Indonesia dari mahasiswa UNIDA Gontor. Mahasiswa menampilkan berbagai pertunjukan seni tradisional seperti Kentongan dari Banyumas, Campursari dari Surakarta, Topeng Ireng dari Magelang, dan kombinasi antara Tari Malulo dari Kendari Sulawesi Tenggara dan Poco-Poco dari Malulo yang menjadi Tarian Indonesia Timur. Selain kesenian tradisional, mahasiswa UNIDA Gontor juga menampilkan atraksi ekstrem seperti Pencak Silat, Taekwondo, dan Lempar Pisau dan Kapak (Lempika) oleh Resimen Mahasiswa (Menwa). Terakhir, mahasiswa menampilkan puisi dan sebuah persembahan untuk Dr. Dihyatun Masqon, M.A. Beliau wafat pada hari Rabu, 28 Februari 2018 lalu. Kepergian beliau masih menyisakan duka bagi kami mengingat beliau telah berjasa untuk kemajuan UNIDA dan beliau khas dengan keramahannya kepada semua orang.

Setelah pertunjukan seni, Apel Tahunan berlanjut dengan parade barisan mahasiswa antar program studi. Seluruh mahasiswa ikut serta dalam barisan prodi, termasuk mahasiswa pascasarjana dan peserta Program Kaderisasi Ulama (PKU), kecuali mahasiswa S1 dari luar negeri. Mereka ada dalam barisan sendiri. Barisan mahasiswa asing berbeda dari tahun lalu. Jika tahun lalu mereka dipersatukan dalam satu barisan "Mahasiswa Luar Negeri", kali ini barisan dibuat berdasarkan negara asal mereka. Ada barisan mahasiswa dari Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam dan Thailand. Mungkin ini dibuat agar civitas academica UNIDA Gontor mengetahui negara asal mashasiswa. Selebihnya, seluruh mahasiswa ada dalam barisan prodinya masing-masing.

Baca juga: Alhamdulillah, Khutbatul Arsy Perdana di UNIDA Gontor Dilaksanakan


Khutbatu-l 'Arsy memiliki makna penting bagi mahasiswa UNIDA Gontor. Ia merupakan perpeloncoan bagi seluruh mahasiswa. Khutbatu-l 'Arsy adalah untuk mengenalkan universitas serta menguji kesanggupan dan keteguhan niat untuk ibadah thalabul 'ilmi (mencari ilmu) kepada mahasiswa baru serta memperbaharui niat untuk mahasiswa lama. Seakan-akan rektor sebagai kiai dalam universitas bertanya, "Anak-anakku, kalian sudah kami kenalkan UNIDA Gontor dan kegiatannya. Siapkah kalian memperbaharui niat kalian untuk ibadah thalabul 'ilmi dan hidup bermasyarakat di kampus ini??" 

Agenda penting lainnya dalam pekan perkenalan ini adalah Kuliah Umum tentang Kepondokmodernan yang disampaikan oleh Pimpinan Pondok dan Rektor UNIDA Gontor. Kuliah umum memperkenalkan sejarah UNIDA Gontor, sistem, nilai, dan langkah-langkah menuju World Class University. Seluruh pihak ikut serta dalam agenda ini, mulai dari mahasiswa, dosen, staf, dan tenaga kependidikan. Kuliah umum dilaksanakan untuk menyamakan persepsi dalam internal kampus, agar semua memahami sistem dan nilai-nilai kepondokmodernan dalam UNIDA Gontor.
Khutbatu-l 'Arsy adalah pekan perkenalan UNIDA sebagai lembaga Gontor. Cita-cita Gontor adalah menjadi universitas Islam yang bermutu dan berarti. Para pendiri Gontor (KH. Ahmad Sahal, KH. Zainuddin Fannanie, KH. Imam Zarkasyi. Disebut juga dengan Trimurti) telah mencita-citakan Gontor menjadi universitas Islam sejak penyerahan wakaf tahun 1958, bahkan jauh sebelum itu. Meski demikian, apa yang dicapai oleh UNIDA Gontor masih jauh dari apa yang dicita-citakan para pendiri. Para pendiri mewakafkan Pondok waktu itu demi keberlangsungan pendidikan di Pondok Modern. Para pendiri kala itu berkaca dari pengalaman pondok-pondok pesantren tradisional tempat mereka belajar. Dalam kacamata mereka, pondok pesantren tradisional adalah milik kiai. Jika kiai wafat, maka kepemimpinan pondok akan diteruskan oleh keturunannya. 

Dalam Khutbatu-l 'Arsy, KH. Hasan menekankan bahwa kita harus tahu dan mengerti "why" dan "what for". Mengapa dan untuk apa kita hidup, mengapa dan untuk apa kita belajar. Bahkan kita harus memahami mengapa dan untuk apa kita duduk (dalam pertemuan). Kita harus mengerti apa yang kita lakukan, mengapa kita melakukannya, apa tujuan kita melaksanakan sesuatu.

Selanjutnya, di atas pondok hanya Allah, di bawahnya hanya tanah. Gontor tidak di bawah yayasan, organisasi massa (ormas), atau organisasi politik (orpol) manapun. Bahkan yayasan berada di bawah otoritas pimpinan pondok. Gontor berdiri di atas dan untuk semua golongan. Gontor tidak boleh dibawa ke arah ormas atau orpol manapun siapapun yang menjadi kiainya. Pihak manapun tidak berhak mengintervensi Keterbukaan yes, intervensi no!

Islamisasi ilmu pengetahuan adalah core UNIDA Gontor. Islamisasi ilmu pengetahuan lebih dari sekadar integrasi ilmu, islamisasi ilmu "mengislamkan" cara pandang terhadap ilmu pengetahuan. Islamisasi ilmu pengetahuan hadir karena ada ghazwul fikri hebat yang hadir saat ini. Sekularisme, pragmatisme, liberalisme dan isme-isme menyimpang lainnya telah merambah ke dalam dunia pendidikan tinggi. Dalam proses islamisasi ilmu pengetahuan, seluruh mahasiswa dari prodi wajib mempelajari studi-studi Islam. Inilah yang dilakukan UNIDA Gontor untuk mencapai universitas Islam yang bermutu dan berarti. Siapapun yang memimpin UNIDA nantinya, islamisasi ilmu pengetahuan harus tetap menjadi core.

UNIDA Gontor mandiri dalam sistem, kurikulum, Sumber Daya Manusia (SDM), dan dana. Sistem pesantren menjadikan UNIDA Gontor mandiri serta mendidik kemandirian mahasiswa. Kurikulum UNIDA Gontor terintegrasi dengan mengacu pada Standar Nasional Perguruan Tinggi (SNPT) dan mengintegrasikannya dengan kajian Islamisasi ilmu pengetahuan. Seluruh program studi (prodi) juga wajib mengikuti akreditasi Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). UNIDA Gontor juga melatih mahasiswa untuk melaksanakan seluruh kegiatan mereka secara mandiri. Dosen dan tenaga kependidikan turut dilatih mandiri dengan mengajar dan ikut membimbing mahasiswa tanpa menanyakan upah. UNIDA Gontor mandiri dalam pendanaan dengan mengandalkan iuran mahasiswa dan unit-unit usaha, tanpa bergantung dari dana bantuan.

Sebagai mahasiswa santri, kita harus berkomitmen untuk ibadah mencari ilmu. Pendidikan pesantren UNIDA Gontor berorientasi pada pengajaran ayat-ayat Allah, penyucian jiwa (tazkiat an-nafs), dan pendidikan agama Islam serta pengetahuan umum

كَمَا أَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولاً مِّنكُمْ يَتْلُو عَلَيْكُمْ آيَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُم مَّا لَمْ تَكُونُواْ تَعْلَمُونَ
Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan menyucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah (As Sunah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui (Al-Baqarah 151).

Terakhir, untuk menuju World Class University, UNIDA Gontor harus berkaca pada kuantitas dan kualitas mahasiswa, lulusan, dosen dan SDM penunjang lainnya. Kita harus berusaha mencapai standar yang telah ditetapkan oleh lembaga-lembaga pemeringkat seperti BAN-PT, ISO dll. Kendatipun, UNIDA Gontor harus bisa mencapai standar ranking yang telah digariskan oleh pondok, merujuk pada Piagam Penyerahan Wakaf tahun 1958, yakni menjadi universitas Islam yang bermutu dan berarti serta menjadi pusat pengkajian ilmu Islam, bahasa Arab, dan ilmu pengetahuan umum dengan berjiwa pondok.


Akhir kata, perlu disampaikan bahwa Khutbatu-l 'Arsy di UNIDA Gontor adalah masa orientasi bagi seluruh civitas academica UNIDA Gontor. Seluruh pihak terlibat dan semuanya melewati masa-masa perpeloncoan ini. Diharapkan semuanya menata niatnya kembali dalam menempuh studi di UNIDA Gontor. 

Tulisan ini adalah buah pikiran saya atas apa yang disampaikan dalam Khutbatu-l 'Arsy lalu, maka sangat mungkin terdapat kesalahan dalam penulisannya. Untuk itu, saya memohon maaf atasnya dan meminta kritik, saran dan koreksi dari semua pihak yang lebih memahami.

Posting Komentar

0 Komentar