Harapan untuk Gubernur Baru DKI Jakarta

Sumber: Tribunnews.com
Meskipun saya tidak berdomisili di Jakarta dan bukan orang Jakarta, rasanya kurang bila tidak menulis sesuatu tentang Pilkada DKI Jakarta. Pilkada kali ini adalah pilkada rasa pilpres. Seluruh Indonesia menyaksikan langsung pesta demokrasi di ibukota ini. Tak lengkap juga kalau tak menulisnya di sini.

Pemilihan Kepala Daerah tingkat provinsi DKI Jakarta sudah memasuki tahap akhir. Meskipun hasil penghitungan suara (real count) belum diputuskan secara final oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD), hasil pemilihan suara secara cepat (quick count) sudah selesai dengan total suara masuk sudah 100%. Semua lembaga survei bersuara bulat akan siapa yang terpilih untuk memimpin Jakarta selama lima tahun ke depan. Semua hasil survei menyatakan pasangan calon gubernur nomor urut 3, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno memenangkan pilkada atas pasangan pejawat, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat.
Kabar ini menjadi angin segar bagi para pendukung Anies-Sandi. Pendukung Anies-Sandi telah berjuang untuk mengusung calon gubernurnya. Berbagai usaha  telah dilakukan seperti sosialisasi program. Tak hanya sosialisasi program, mereka juga merespons setiap kampanye hitam lewat media online atau media cetak dengan cara apapun. Mereka mencoba membangun program dan memperbaiki nama gubernur dukungan mereka dari setiap bentuk kampanye gelap.

Pilkada DKI Jakarta saat ini terasa seperti pemilihan presiden RI. Bagaimana tidak, pemilihan dilakukan di Jakarta, namun pilkada ini memicu emosi seluruh rakyat Indonesia. Mengapa demikian? Pilkada ini bukan hanya adu gagasan, program, dan pemilihan semata. Pilkada DKI Jakarta juga merupakan pertarungan antar kepentingan dan keberpihakan. Kita tentu sudah paham, Jakarta adalah ibukota negara RI. Jakarta adalah rumah bagi jutaan orang dari berbagai entitas yang menggantungkan hidup di kota ini. Mereka ingin kepentingan mereka benar-benar terpenuhi. Tak hnya penghidupan, secara identitas, mereka ingin dominan di antara kelompok sosial-politik lainnya dengan menempatkan wakil terbaiknya dalam pilkada.

Pilkada saat ini pun penud dengan isu-isu SARA selalu berhembus selama kampanye. Apalagi, sang petahana telah dituding menistakan agama Islam saat kunjungan kerjanya. Hal itulah yang mengobarkan amarah kaum muslimin. Tiga jilid Aksi Bela Islam  diadakan hanya untuk menuntut keadilan, memidanakannya. Namun, aksi ini malah dituduh aksi radikal dan intoleransi. Akhirnya, isu SARA merebak hingga ke daerah-daerah. Kondisi sosial-politik kita emakin panas. Dosen saya, wakil Dekan Fakultas Humaniora, Ust. Dr. Abdul Hafidz Zaid, M.A bahkan mewanti-wanti kami saat kami mengutus delegasi untuk pertemuan di Jakarta. Beliau menyampaikan bahwa kami harus berhati-hati selama berada di sana dengan kondisi sospol yang sedemikian kacaunya. Kami mesti berhati-hati dalam berinteraksi dengan orang-orang di sana.

Semoga gubernur baru Jakarta dapat membawa angin perubahan. Harapan warga tentunya adalah Jakarta perlu gubernur baru. Miris tentunya melihat penggusuran-penggusuran yang ada di kepemimpinan lalu. Kita tentu marah ketika pelcuran dan miras akan dilegalkan dengan berbagai dalih. Umat Islam berang ketika pawai takbir dan penyembelihan hewan qurban tidak diizinkan sebebas sebelumnya. Kami berharap hal-hal tersebut dihapuskan dan digantikan dengan kebijakan baru.

Kami juga berharap pemimpin baru Jakarta dapat merealisasikan program-program unggulannya yang pro rakyat. Telah banyak janji yang telah engkau persembahkan kepada masyarakat. Saat anda naik menuju kursi gubernur, kami menunggu realisasinya. Rumah dengan DP 0 rupiah diharapkan benar-benar menjangkau rakyat. Kartu Jakarta plus semoga membuat pelajar memliki akses mudah untuk belajar. Program Oke-Oce (One Kecamatan, One Center for Entrepeneurship) semoga mampu menelurkan 200.000 pengusaha baru dan mengentaskan pengangguran di Jakarta.

Tak hanya merealisasikan program, gubernur baru diharapkan juga menjadi penggerak dan pemersatu semua elemen sosial di Jakarta. Jakarta adalah rumah bagi berbagai etnis. Keberagaman adalah hal lumrah di sini. Keberagaman yang ada mungkin bisa menjadi rahmat, namun ia jug bisa jadi bumerang yang rawan menyerang siapa saja. Jadi, gubernur ada untuk menggerakkan dan mempersatukan mereka.

Semoga dengan terpilihnya gubernur baru ini ada perubahan yang lahir dari Jakarta. Pendidikan, kewirausahaan, infrastruktur, dan sebagainya. Inovasi ini pun semoga dapat membuat Jakarta yang maju kotanya dan bahagia warganya.