Lapangan Banteng, Taman Kota Jakarta yang Kembali Asri


Lapangan Banteng, Taman Kota Jakarta yang Kembali Asri - Di akhir Juli, nama Lapangan Banteng kembali ramai setelah lama tak terdengar akibat revitalisasi. Lapangan Banteng kembali asri setelah diresmikan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada hari Ahad, 29 Juli lalu. Namun, keindahan Lapangan Banteng pasca revitalisasi agak tercoreng oleh sebagian oknum saat peresmiannya. Sebagaimana seremoni peresmian fasilitias umum (fasum) pada umumnya, gubernur-lah yang meresmikan Lapangan Banteng dan dihadiri oleh jajaran pemerintah provinsi, keluarga perancang, dan warga Jakarta. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan Ph.D menyampaikan pidato sambutannya. Saat beliau menyebutkan siapa yang merancang revitalisasi Lapangan Banteng sebagai bentuk penghormatan, sebagian massa menyorakinya dan menyebut-nyebut Lapangan Banteng adalah hasil karya gubernur sebelumnya. Memang, gubernur sebelumnya, Pak Basuki Tjahaja Purna (Ahok) yang meresmikan, tapi Pak Anies tentu ikut serta dalam pembangunannya setelah beliau terpilih. Mbok ya tolong hargai usaha mereka semua, lah... biar semua bisa menikmati indahnya dengan bahagia.

Saya tidak mau lagi membahas siapa yang membangun dan merancang Lapangan Banteng yang cantik ini. Sekarang, saya mau mengulas sedikit tentang perjalanan saya ke Lapangan Banteng pada Ramadhan lalu. Kebetulan saya mengunjunginya dua kali selama Ramadhan. Kala itu, lapangan hijau yang mengarah ke Pasar Baru, Jakarta Pusat itu masih dalam tahap revitalisasi. Mungkin karena masih dalam perbaikan dan karena banyak yang pulang kerja atau karena orang-orang kelelahan setelah berpuasa, Lapangan Banteng saat itu agak sepi

Lapangan Banteng adalah taman kota di Pasar Baru, Sawah Besar, Jakarta Pusat. Lokasinya sangat strategis karena di antara kawasan perkantoran dan landmark penting. Ia berada di sebelah timur Monas sejauh kira-kira 1 KM dan diapit oleh Masjid Istiqlal, Gereja Katedral, Kementerian Agama, Kementerian Keuangan, dan Hotel Borobudur. Lapangan Banteng juga dekat dengan Kementerian Luar Negeri dan RSPAD Gatot Soebroto. Aksesnya sangat mudah dan gampang dijangkau oleh angkutan umum dan pribadi. Lapangan Banteng kira-kira berukuran 230x250 M dengan posisi agak condong ke timur laut. 

Lapangan Banteng berdiri pada abad XIX oleh Gubernur Jenderal Belanda Herman Willem Daendels. Dahulu, Lapangan Banteng disbut dengan Waterlooplein. Lapangan Banteng merupakan salah satu dari  lapangan utama di Weltevreden (sekarang Sawah Besar), yakni Buffelsveld (Lapangan Merdeka) dan Waterlooplein. Dinamakan Waterlooplein karena di lapangan ini terdapat patung peringatan pertempuran Waterloo di Belgia. Waterlooplein dahulu digunakan sebagai lapangan militer Hindia Belanda. 

Pada zaman penjajahan Jepang, dibangun patung singa di Lapangan Banteng sehingga namanya berganti menjadi Lapangan Singa. Setelah Indonesia Merdeka, Presiden Sukarno mengganti nama Lapangan Singa menjadi Lapangan Banteng sebagai simbol perlawanan terhadap kolonialisme Belanda. Presiden Sukarno juga membangun kembali Lapangan Banteng. Pada tahun 1960-an, Presiden mendirikan Monumen Pembebasan Lapangan Barat yang pembangunannya rampung pada tahun 1963. Monumen tersebut menandai kembalinya tanah Papua ke tanah air setalah penyerahan Papua kepada Indonesia pada tahun 1 Mei 1963.

Lapangan Banteng terbagi ke tiga zona. Zona pertama adalah lapangan utama dengan Monumen Pembebasan Irian Barat, kedua adalah taman kota, dan ketiga adalah sarana olahraga.


Zona pertama merupakan zona utama. Di zona inilah Monumen Pembebasan Irian Barat berdiri. Di sebelah utara zona ini terdapat relief sejarah Indonesia sejak kemerdekaan, Konferensi Meja Bundar (KMB), hingga operasi militer dan penyerahan Irian Barat beserta kutipan dari tokoh-tokoh terkait pembebasan Irian Barat, seperti Presiden Sukarno, Laksamana Yos Soedarso, dan Gubernur Irian Barat Zainal Abidin Syah. Berseberangan dengan relief terdapat kolam dan amphiteater berbentuk setengah lingkaran. Tidak hanya amphiteater dan relief, di zona ini juga terdapat jalan taman dan hutan kota. Jalan ini juga dapat dimanfaatkan sebagai trek lari. 
Salah satu kutipan dalam relief bersejarah dalam zona Monumen Pembebasan Irian Barat
Zona kedua Lapangan Banteng merupakan zona taman kota. Taman kota ini adalah tempat untuk bersantai-santai. Taman kota terdiri atas ruang terbuka hijau (RTH) lengkap dengan taman bermain anak-anak. Semua kalangan dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa bisa menikmati waktu senggang di sini. Anak-anak bisa bermain di arena bermain bersama orang tua, remaja melakukan jogging, berolahraga dan berswafoto. Orang dewasa bisa berolahraga ringan atau berjalan-jalan keliling taman kota. 
Taman bermain anak dalam Lapangan Banteng (sumber:Kompas.com)

Zona ketiga Lapangan Banteng adalah lapangan sepakbola. Lapangan sepakbola dikelilingi oleh trek lari dan  memiliki bebrapa fasilitas seperti tribun, dan kamar kecil bagi penonton. Lapangan sepakbola di Lapangan Banteng dimiliki Asosiasi PSSI yang kemungkinan digunakan untuk keperluan pertandingan-pertandingan antar klub asosiasi. Ketika saya mengunjungi Lapangan Banteng, lapangan sepakbola masih dalam tahap renovasi berupa perbaikan tribun dan pemasangan fasilitas penunjang berupa kamar kecil.

Saat ini, Lapangan Banteng banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Mereka memanfaatkannya dengan cara beragam. Ada yang sekadar duduk-duduk, ada pula yang  berlari, bersepeda, melakukan workout, berfoto-foto, hingga menjajal kemampuan memainkan drone. Pada kunjungan pertama saya ke sana, saya menjumpai satu tim pilot drone mencoba mainannya di kawasan Monumen Pembebasan Irian Barat. Lalu lintas udara dan keindahan objek menjadikannya spot yang pas untuk uji coba drone. Hasil foto dan video dengan drone pun bagus-bagus. Selain sekumpulan pengguna drone, pada Ramadhan lalu saya menjumpai sekelompok remaja yang asyik ngabuburit sambil menyaksikan drone berputar-putar di langit Lapangan Banteng. Ada juga sekelompok remaja sedang latihan bersama, entah workout atau olahraga lain. Pokoknya setiap orang bisa menikmati Lapangan Banteng dengan cara masing-masing.
Lapangan Banteng dilihat dari udara (sumber: Warta Kota)

Saya sendiri menikmati indahnya Lapangan Banteng di sore hari Ramadhan dengan lari sore. Lari sore saya lakukan di zona Monumen Pembebasan Irian Barat atau zona utama. Saya memilih zona utama karena jalannya lebih panjang jadi saya bisa menempuh jarak lebih jauh dan waktu lebih lama dalam berlari. Selain itu, areal belakang amphiteater yang termasuk dalam zona utama terlindungi oleh pepohonan hijau sehingga terasa lebih teduh.
Hasil lari sore saya di Lapangan Banteng

Lapangan Banteng saat ini elok dan rapi. Alangkah lebih indah kalau kita bersama-sama menjaga. Pak Ahok beserta jajarannya telah membangun dan merancang desainnya, kemudian Pak Anies melanjutkan pembangunan dan meresmikannya. Mereka sama-sama telah membangun warisan Bung Karno. Kita sebagai warga seharusnya turut membantu mereka dengan memeliharanya tetap hijau. Lapangan Banteng adalah hak semua warga, dan kewajiban mereka adalah menjaganya.

Beli mangga di Pasar Menteng
Mangga sekilo lima ribu harganya
Ayo sama-sama merawat Lapangan Banteng
Hijau lapangannya, bahagia semuanya

Posting Komentar

2 Komentar

  1. semoga tetap bersih dan indah, karena biasanya membangun bisa tapi yang sulit itu memeliharanya

    BalasHapus